Pengen kenal sama 'Ree' ?
Klik di sini

Senin, 01 Oktober 2012

Pesan sang Nenek ||CeritaRenungan

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .
                                                           
     Dia ingat pesan neneknya agar shalat tepat waktu. “Anakku, jangan sekali-kali kamu mengakhirkan shalat hingga terlambat.” Neneknya berusia sekitar 70 tahun, tetapi jika mendengar suara adzan, dia segera bangun untuk melaksanakan shalat. Sedangkan dirinya, bagaimanapun keadaannya dia tidak pernah mampu mangalahkan egonya agar segera mendirikan shalat. Apapun yang dia kerjakan, shalat selalu diakhir waktu dan berdoa dengan sangat cepat agar selesai tepat waktu. Berpikir tentang ini, dia bangkit dan yakin masih ada waktu 15 menit sebelum waktu Isya’. Dengan segera, dia berwudhu dan melaksanakan shalat Maghrib. Ketika sedang bertasbih, dia ingat lagi akan pesan neneknya dan dia merasa malu tentang pelaksanaan shalatnya. Neneknya melaksanakan shalat dengan penuh ketenangan dan kedamaian. Mulailah dia berdoa dan bersujud di atas sajadah dan diam untuk beberapa saat.

     Setiap hari dia pergi kesekolah, tentu melelahkan, sangat melelahkan. Dia terbangun dalam keadaan kaget karena ada suara atau teriakan. Dia berkeringat. Lalu melihat-lihat di sekitarnya. Di sana sangat ramai. Setiap arah yang dia lihat terdapat manusia. Di antaranya hanya berdiri melihat-lihat, di antaranya berlarian ke kiri dan ke kanan dan di antaranya berlutut dengan memegang kepala menunggu. Dia sangat ketakutan setelah dia sadar di manakah sebenarnya dirinya.
     Hatinya seolah-olah meledak. Ini adalah hari pembalasan. Di saat dia hidup, dia telah mendengar banyak tentang pertanyaan pada hari pembalasan. Tetapi, hal itu terasa sangat lama. Apakah ini suatu khayalan belakang? Tidak, ini adalah penantian dan rasa takut yang teramat sangat dan belum pernah dia bayangkan sebelumnya. Tanda tanya itu masih terus terjadi.dengan penuh ketakutan dia mulai bertanya dari satu orang ke irang lain tentang apakah dirinya sudah dipanggil? Tak ada seorangpun yang bisa menjawabnya. Tiba-tiba namanya dipanggil dan kerumunan manusia itu membelah menjadi dua untuk memberikan jalan untuknya. Dua orang menarik lengannya dan membawanya ke depan. Dia berjalan di tengah-tenga kerumunan tanpa satu orangpun dikenalnya. Malaikat membawanya ketengah-tengah, lalu meninggalkannya disana. Kepalanya menunduk dan seluruh kejadian dalam hidupnya terlihat di depan matanya seperti melihat sebuah film. Dia membuka matanya, tetapi dia melihat dunia yang lain. Manusia yang saling tolong-menolong. Dia melihat ayahnya berpindah dari satu pengajian ke pengajian lain, menafkahkan seluruh kekayaannya untuk Islam. Ibunya mengundang tamu-tamu masuk ke rumah di saat meja-meja sedang ditata dan yang lain dibersihkan.
     Dia membela diri, “Aku juga seklalu dijalan ini. Aku telah membantu orang lain. Aku juga telah menyebarkan firman-firman Allah dan aku juga menegakkan shalat. Aku puasa di bulan Ramadhan. Apa pun yang telah Allah perintahkan kepada kita, telah aku laksanakan. Dan apa yang telah Allah larang untuk kita lakukan, aku juga tidak melakukan.”Dia mulai menangis dan berpikir tentang betapa dia sangat cinta kepada Allah. Dia tahu, apapun yang telah dia lakukan semasa hidup tidak akan ada manfaatnya jika Allah tidak meridhai, dan satu-satunya pelindung adalah Allah. Dia terus mengeluarkan keringat yang belum pernah dia rasakan sebelumnya dan terus bergoncang. Matanya terus melihat ke arah timbangan, menunggu keputusan terakhir. Akhirnya, keputusan telah dibuat. Dua malaikat dengan lembaran-lembaran kertas ditangan mereka, menuju kearah kerumunan orang. Kakinya merasa seperti akan roboh. Dia menutup matanya tatkala mereka mulai membaca nama-nama orang yang masuk ke dalam Jahannam.
     Namanya terbaca pertama kali. Dia jatuh berlutu dan berteriak bahwa ini tidak mungkin, “Bagaimana bisa aku masuk Jahannam? Aku membantu manusia sepanjang hidupku, aku telah menyebarkan firman-firman Allah kepada yang lain.”Matanya menjadi kabur dan dia bergetar penuh keringat. Dua malaikat mengambilnya dengan tangan. Ketika kakinya diseret, mereka mengelilingi kerumunan dan mengarah ke depan menuju nyala api Jahannam. Dia terus berteriak dan berharap semoga ada orang yang akan menolongnya. Dia terus meneriakkan hal-hal baik yang telah dia kerjakan; bagaimana dia telah menolong ayahnya, puasanya, shalatnya, dan bacaan Al-Qurannya. Dia bertanya kenapa tidak satupun di antara mereka yang mau menolong. Malaikat Jahannam terus menyeretnya. Mereka telah dekat dengan Neraka. Dia melihat kebelakang dan inilah permohonan terakhirnya. Bukankah Rasulullah bersabda, “Betapa sangat bersihnya orang yang mandi di sungai sehari lima kali, begitu juga bukankah orang yang melaksanakan shalat lima kali dalam sehari bisa membersihkan dosa-dosanya?” Dia mulai berteriak, “Shalatku-shalatku?”
     Dua malaikat itu tidak berhenti dan mereka telah sampai di tepi jurang Jahannam. Nyala dari apinya telah membakar mukanya. Dia melihat ke belakang untuk terkahir kalinya, tapi matanya telah kering dari harapan dan dia sudah tidak memiliki apapun di belakang. Salah satu dari malaikat itu mendorongnya ke Jahannam.
     Dia mendapatkan dirinya di udara dan jatuh menuju kobaran api. Dia telah hampir jatuh sekitar lima atau enam kaki ketika tiba-tiba ada tangan yang menarik lengannya kembali ke atas. Dia mengangkat kepalanya dan melihat seorang tua dengan jenggot putih. Dia menyeka debu yang ada dirinya lalu bertanya, “Siapakah dirimu?” Lelaki tua itu menjawab, “Akulah shalatmu.” “Kenapa kamu sangat terlambat! Aku hampir saja masuk ke dalam api! Kamu menyelamatkan aku di menit-menit terakhir sebelum aku jatuh.”Lelaki tua tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Kamu selalu melaksanakan aku pada menit-menit terakhir, apakah kamu lupa?”
     Segera setelah itu, dia terjaga dan lalu  mengangkat kepala dari sajadah. Tubuhnya berkeringat. Dia mendengar suara yang datang dari luar. Dia mendengar adzan untuk waktu shalat Isya’. Dia segera berdiri dan mengambil air wudhu.
Ucapkanlah doa-doamu sebelum doa-doa diucapkan untukmu
                                     By :Akramulla Syed

Tidak ada komentar:

Posting Komentar