Pengen kenal sama 'Ree' ?
Klik di sini

Senin, 29 Agustus 2011

Tips Sholat Khusyu' ||Tips

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .

TIPS PERTAMA

1. Persiapan diri agar tidak tergesa-gesa untuk sholat dengan cara :

mendengarkan azan
memperbaiki wudlu
berdoa setelah wudlu
melakukan siwak sebelum sholat
menunggu waktu sholat di tempat sholat

2. Beranggapan pada saat sholat kita menghadap ALLAH SWT.

3. Pada saat sholat ingat kematian seperti sholat ini adalah sholat terakhir.

4. Menghayati ayat-ayat Qur’an dan dzikir-dzikir yang dibaca saat sholat.

5. Membaca ayat satu-satu dengan tartil agar mudah dipahami dan dihayati.

6. Thoma’ninah yaitu berhenti sejenak pada setiap rukun-rukun sholat.

7. Mengarahkan pandangan ke tempat sujud.

8. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada sebagai tanda sikap kita menundukkan diri/merendahkan diri di hadapan ALLAH SWT.

9. Membaca ta’awwudz, karena pada saat setan senang mengganggu konsentrasi orang sholat dengan cara membolak balik bacaan dan merekayasa kentut. Bila kita merasakan gangguan setan, maka bacalah ta’awwuds lalu tiuplah ke kiri 3 kali. Bila kita merasakan kentut jangan membatalkan sholat bila tidak mendengar suara atau mencium bau karena saat itu setan membuka tempat duduk kita.

10. Bacalah cerita orang sholeh terdahulu bagaimana cara mereka khusyu’ dalam sholatnya

11. Berdoa dalam sholat, khususnya saat sujud.

12. Dzikir setelah sholat.

13. Sebaiknya menghadap pembatas depan berupa dinding yang polos agar pandangan mata kita tidak terganggu oleh gambar-gambar di depan kita.

14. Memakai pakaian yang polos dan tidak banyak warna.

15. Hindari sholat pada waktu makan.

16. Hindari menahan buang air besar, buang air kecil dan kentut.

17. Hindari sholat dalam keadaan ngantuk berat.

18. Hindari sholat di tempat yang kurang rata atau kurang bersih.

19. Jangan membaca terlalu keras karena dapat mengganggu orang yang sholat di dekat kita.

20. Jangan tengok-tengok saat sholat.

21. Jangan melihat ke atas.

22. Menahan mulut ketika ingin menguap.

sumber 1




TIPS KEDUA


1. Persiapan Diri Untuk Shalat

Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal. Diantaranya menjawab seruan adzan dan dilanjutkan dengan berdoa sesudah adzan, menyempurnakan wudhu, menyiapkan diri untuk shalat dengan memilih pakaian yang bagus dan harum, bersegera pergi menuju masjid dengan ketenangan, menunggu shalat berjamaah dimulai dan segera melurus-rapatkan shaf (barisan) karena setan selalu mencari celah-celah untuk dilaluinya.

2. Thuma'ninah dalam Shalat

Orang yang tidak melakukan thuma'ninah dalam shalatnya, tidak mungkin dapat mencapai kekhusyuan, karena shalat yang dikerjakan dengan cepat-cepat dapat menghilangkan kekhusyuan dan dapat menghilangkan pahala.

"Sejahat-jahat manusia adalah pencuri, yaitu orang yang mencuri dari shalatnya." Qatadah bertanya,"Ya Rasulullah, bagaimana ia bisa mencuri shalatnya?" Beliau menjawab."Ia tidak emnyempurnakan ruku dan sujudnya." (Ahmad)

3. Mengingat mati dalam shalat

"Ingatlah kematian dalam shalatmu, karena apabila seseorang mengingat kematian dalam shalatnya, sudah pasti ia akan berusaha keras untuk menyempurnakan shalatnya. Dan, shalatlah kamu seperti shalatnya seseorang yang tidak membayangkan bahwa dirinya bisa mengerjakan shalat sesudah itu." (As-silsilah Ash-Shahihah oleh Albani)

4. Menghayati ayat-ayat dan zikir yang dibaca serta berinteraksi dengannya

Diantara hal-hal yang dapat membantu kita menghayati al-Quran adalah membaca ayat-ayat al-Quran secara berulang-ulang sambil membiasakan diri mengamati artinya. Selain itu, hal lain yang dapat mebantu kita agar dapat menghayati ayat-ayat al-quran adalah dengan mengadakan interaksi dengan ayat-ayat tersebut. Juga diantara hal-hal yang dapat membantu penghayatan (terhadap ayat-ayat yang dibacanya) adalah membaca al-quran dan berbagai macam dzikir yang terdapat pada rukum-rukun shalat dengan segala variasinya. Setelah dihafal maka dibaca, direnungkan dan difikirkannya. Diantara bukti interaksi kita terhadap ayat-ayat al-quran ialah ketika kita mengucapkan amin setelah membaca al-Fatihah. Atau seperti apa yang diriwayatkan Hudzaifah,"Pada suatu malam saya shalat bersama Rasulullah. Beliau membaca al-Quran dengan perlahan-lahan. Apabila melewati ayat yang mengandung tasbih, beliau pasti mebaca tasbih. Apabila melewati ayat yang berisikan permohonan (kepada Allah), belaiu memohon. Dan, apabila melewati ayat yang berisikan permohonan perlindungan beliau pasti memohon perlindungan (kepada Allah)." (Muslim)

5. Mentartil bacaan ayat per ayat

Metode memotong bacaan ayat per ayat dilakukan untuk lebih mempercepat memahami sekaligus menghayati ayat-ayat tersebut. Bahkan hal yang demikian itu merupakan Sunnah Nabi sebagaimana yang dituturkan oleh Ummu Salamah mengenai bacaan Rasulullah, "Bismillahirrahmaanirrahiim." Dalam satu riwayat disebutkan," Kemudian beliau berhenti sejenak, lalu membaca alhamdu lillahi rabbil 'alamiin, kemudian berhenti. Setelah itu membaca ar-rahmaanir rahiim." Dalam riwayat yang lain disebutkan,"Kemudian beliau berhenti, lalu membaca maaliki yaumid diin, sambil memutus-mutuskan ayat demi ayat."

6. Membaca dengan tartil dan memperbagus suara bacaannya

Membaca al-Quran dengan tartil dan perlahan-lahan itu lebih mendorong si pembacanya untuk menghayati dan bersikap khusyu. Keadaan yang demikian itu berbeda dengan membaca secara cepat den tergesa-gesa. Yang juga dapat membantu kekhusyuan dalam shalat adalah memperbagus suara bacaan. Hal ini bukan berrati melenggak-lenggokkan suara dan membaca berdasarkan bacaan orang lain yang tidak benar. Akan tetapi suara itu dikatakan indah bila disertai dengan bacaan yang mengandung kesedihan, seperti disabdakan Nabi,"Sesungguhnya di antara manusia yang suaranya bagus ketika membaca al-Quran adalah apabila kamu mendengar al-quran itu dibacanya, kamu mengira bahwa dia benar-benar takut kepada Allah." (Ibnu majah)

7. Menyadari bahwa Allah pasti Mengabulkan doa dalam shalatnya

"Apabila salah seseorang diantaramu berdiri shalat, sesungguhnya ia sedang bermunajah kepada Rabb-nya, maka hendaklah ia memperhatikan bagaimana cara bermunajah kepada-Nya (yang baik)." (Mustadrak al-Haakim)

8. Shalat dengan Menghadap dan dekat kepada Tabir

"Apabila salah seorang dari kalian shalat, hendaklah ia menghadap ke arah tabir dan dekat kepadanya." (Abu Daud)

"Apabila salah seorang kamu shalat ke arah tabir hendaklah mendekatinya, maka setan tidak dapat memutus kan shalatnya." (Abu Daud)

9. Meletakkan Tangan Kanan di atas Tangan Kiri di atas dada

Ibnu Hajar Rahimahullah berkata bahwa para ulama berkata,"Hikmah dari posisi tangan seperti itu ketika shalat adalah membuktikan sikap seseorang yang meminta dengan penuh kehinadinaan dan ketundukan. Keadaan seperti itu akan lebih mencegah dari sikap main-main (yang tidak ada kaiatannya dengan shalat) dan justru akan lebih mendekatkan kepada kekhusyuan."

10. Memandang ke tempat sujud

"Apabila shalat, Rasulullah biasa menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tanah (ke tempat sujud)." (Hakim)

Adapun dalam duduk Tasyahhud dianjurkan memandang ke arah jari telunjuk tangannya yang dipergunakan untuk isyarat sambil digerak-gerakkan.

11. Menggerak-gerakkan jari telunjuk

Bnayak sekali orang yang shalat mengabaikan masalah ini. Apalagi mereka tidak mengerti tentang manfaatnya yang begitu besar dan dampak positif yang ditimbulkan dalam rangka membantu tercapainya kekhusyuan. Rasulullah bersabda:

"Sesungguhnya menggerak-gerakkan jari telunjuk itu lebih dahsyat untuk mengalahkan syetan daripada besi." (Ahmad)

12. membaca beragam surat, ayat, zikir, dan doa dalam shalat

Hal ini sangat membantu untuk selalu memiliki perasaan baru dalam menerima kandungan ayat, zikir, dan doa yang dibacanya. Hal ini juga merupakan Sunnah Nabi bahkan lebih sempurna dalam mencapai kekhusyuan. Misalnya dalam doa iftitah, terkadang kita membaca:

Allahamumma naa'id baini wa baina khathaayaaaya kama baa'adta bainal masyriqi wal maghribi ...

Dilain kesempatan kita membaca:

Subhaanaka Allahumma wa bi hamdika wa tabaaraka ismuka wa taala jadduka wa laa ilaaha ghaairuka

atau disaat yang lain membaca:

Wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawaati wal ardha haniifan ....

13. Membaca Sujud Tilawah bila membaca ayat sajdah

Melakukan Sujud tilawah ketika shalat itu besar sekali gunanya karena dapat menambah kekhusyuan dalam shalat.

14. Berlindung kepada Allah dari godaan syetan

Untuk menghadapi tipu daya setan, sekaligus untuk menghilangkan waswas yang dibisikkan oleh setan, nabi telah menunjukkan kepada kita terapi berikut ini:

"Abul Aash berkata,"Ya Rasulullah, sesungguhnya setan telah menghalang-halangi antara aku dan shalatku serta bacaanku dan mengacaukannya terhadapku." Lalu Rasulullah bersabda,"Itulah setan yang dinamakan Khanzab. Jika kamu merasakan keberadaannya maka berlindunglah kepada Allah darinya dan meludahlah ke sebelah kirimu tiga kali." Kata Abul Aash," Lalu aku mengerjakan hal demikian itu, maka Allah menghilangkan hal itu dari diriku." (Muslim)

"Sesungguhnya apabila salah seorang kamu berdiri shalat maka datanglah setan untuk mengacaukan shalatnya dan membuatnya ragu sehingga tidak mengerti berapa rakaat dia telah mengerjakan shalat. Apabila salah seorang dari kamu merasakan demikian, hendaklah sujud dua kali dalam keadaan duduk."(Bukhari)

"Apabila salah seorang dari kamu mengerjakan shalat, lalu merasakan gerakan pada duburnya, apakah berhadats atau tidak, sehingga ia ragu-ragu maka sekali-kali janganlah keluar dari shalat (membatalkannya) sebelum mendengar (kentut) atau mencium baunya." (Thabrani)

15. Merenungi ihwal orang-orang salaf dalam mengerjakan shalat

Hal ini dapat menambah kekhusyaun dalam shalat sekaligus dapat terdorong untuk mengikuti jejak mereka. Misalnya seperti ibnu Zubair Radhiyallahu 'anhu berdiri dala melaksanakan shalat, dia bagaikan sebatang kayu karena khusyuknya. Ketika dia sujud, manjanik 'peluru' musuh mengenai bagian dari pakaiannya, namun dia tidak mengangkat kepalanya. Sebagian mereka ada pula yang mukanya berubah menjadi kuning apabila ia berwudhu untuk menunaikan shalat. Ketika ditanyakan kenapa seperti itu, dia menjawab,"Aku mengerti bahwa aku akan berdiri di hadapan zat Yang Maha tinggi."

16. Mengetahui keistimewaan khusyu dalam shalat

"Sesungguhnya seseorang yang mengerjakan shalat, tidaklah dicatat baginya dari shalat kecuali sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, setengahnya." (Ahmad)

"Siapa orang muslim yang waktu shalat wajib tiba lalu berusaha menyempurnakan wudhu, khusyu, dan rukunya, maka shalatnya itu menjadi penghapus dosa-dosa selama setahun selama dia tidak mengerjakan dosa besar." (Muslim)

17. Bersungguh-sungguh dalam berdoa ditempat-tempat tertentu terutama dalam sujud

"Seseorang yang paling dekat kepada Allah ialah ketiak ia dalam keadaan sujud. Maka perbanyaklah berdoa (didalamnya)." (Muslim)

18. Membaca dzikir-dzikir sesudah shalat

Jika kita mau mengamati dzikir-dzikir yang dibaca setelah shalat, akan kita dapatkan dzikir-dzikir tersebut dimulai dengan istighfar sebanyak tiga kali. Bacaan istighfar itu menggambarkan seolah-olah orang yang shalat itu memohon ampunan kepada Allah atas segala kekurangan yang dilakukannya selama shalat, atas usahanya yang belum optimal dalam mencapai kekhusyuan dalam shalat.

19. Berusaha menghilangkan sesuatu yang dapat mengganggu orang shalat

Termasuk kategori semacam ini adalah berhati-hati melakukan shalat di tempat-tempat yang sangat gaduh dan bising karena disampingnya banyak orang yang ngobrol ke sana ke mari. Hendaknya menghindarkan diri dari melakukan shalat ditempat-tempat hiburan dan segala sesuatu yang dapat mengganggu pandangannya. Di samping itu, hendaknya juga menghindarkan diri dari melaksanakan shalat ditempat-tempat yang amat panas.

20. Hendaknya tidak melakukan shalat dengan memakai pakaian yang ada hiasan, tulisan, warna-warni atau gambar-gambar yang mengganggu orang shalat

21. Jangan shalat sementara hidangan telah tersedia

"Tidak (boleh) shalat sementara makanan telah tersedia di hadapannya." (Muslim)

22. Jangan mengerjakan shalat shalat sambil menahan buang air

"Apabila salah seorang kamu hendak pergi ke jamban sementara shalat telah dimulai, maka hendaklah didahulukan pergi ke jamban." (Abu Daud)

23. hendaklah tidak mengerjakan shalat dalam keadaan mengantuk

"Apabila salah seorang dari kalian mengantuk, sedangkan ia mengerjakan shalat, maka hendaklah tidur hingga hilanglah kantuknya, karena apabila mengantuk maka ia tidak mengerti yang seharusnya ia beristighfar , namun nyatanya ia mencaci maki dirinya sendiri." (Bukhari)

24. Hendaknya tidak shalat di belakang orang yang berbicara atau tidur

"Janganlah kamu melaksanakan shalat dibelakang orang yang sedang tidur dan jangan pula dibelakang orang yang sedang berbicara." (Abu Daus)

25. Tidak Menyibukkan diri dengan meratakan kerikil/pasir/tanah (Tempat Sujud)

"Janganlah kamu menyapu (pasir) padahal kamu sedang shalat. Tetapi jika kamu perlu maka (boleh) menyapu sekali saja." (Abu Daud)

26. Tidak mengganggu orang lain dengan bacaan (keras)

"Ketahuilah, sesungguhnya kalian sedang bermunajah kepada Allah, maka sekali-kali janganlah sebagian kamu mengganggu sebagian yang lain dalam shalatnya, dan janganlah sebagian kamu mengeraskan bacaan terhadap sebagian yang lain." Atau beliau bersabda,"Janganlah sebagian dari kalian mengeraskan suara dengan bacaan al-Quran." (Ahmad)

27. Tidak Menoleh dalam Shalat

"Allah Azza wa Jalla senantiasa menghadap kepada seseorang yang tengah shalat selama ia tidak berpaling muka. Apabila ia berpaling muka maka Allah pun berpaling darinya." (Abu Daud)

28. Tidak menengadahkan Pandangan

"Apabila salah seorang dari kalian sedang melaksanakan shalat maka sekali-kali jangan menengadahkan pandangannya agar penglihatannya tidak berkilau." (Ahmad)

29. Tidak meludah ke arah depan ketika shalat

"Apabila seseorang dari kamu sedang shalat maka janganlah meludah ke depan karena Allah berada dihadapannya ketika ia sedang shalat." (Bukhari)

"Apabila salah seorang dari kalian berdiri shalat maka sebenarnya ia sedang bermunajah kepada Rabb-nya. Allah berada diantara dia dan kiblatnya. Janganlah meludah ke arah kiblatnya, tetapi hendaklah di sebelah kiri atau dibawah tumitnya." (Bukhari)

Apabila lantai masjid itu dilapisi sajadah dan sejenisnya sebagaimana yang kita saksikan pada zaman sekarang, maka bila dianggap perlu kita mengeluarkan sapu tangan atau sejenisnya lalu meludah ke dalamnya kemudian menyimpan sapu tangan tersebut.

30. Berusaha secara maksimal untuk tidak menguap ketika shalat

"Apabila salah seorang dari kalian sedang menguap dalam shalat maka tahanlah semampu mungkin karena setan masuk (mengganggunya)." (Muslim)

31. Tidak Berkacak Pinggang

"Nabi melarang orang shalat dengan berkacak pinggang." (Abu Daud)

32. Tidak mengulurkan kain sampai ke tanah dalam shalat

"Rasulullah melarang mengulurkan kain sampai ke tanah ketika shalat dan juga melarang seseorang menutup mulutnya." (Abu Daud)

33. Tidak boleh meniru-niru Binatang

Larangan meniru-niru binatang mencakup beberapa sifat shalat dan gerakannya. Ada riwayat bahwa Rasulullah melarang tiga perkara dalam shalat: mematuk seperti burung gagak (rukuk dan sujudnya cepat), membentangkan tangan bagaikan binatang buas, dan menguasai tempat tertentu (di dalam masjid untuk shalat) seperti unta menderum. (Ahmad)

Referensi:

33 sabab li al-khusyu' fii al-shalat atau 33 Kiat Shalat khusyu' Karya Muhammad al-Munajjid

sumber 2
Baca SelengkapnyaTips Sholat Khusyu' ||Tips

Menemukan Uang Rp 5000, Bolehkah Langsung Dimanfaatkan? ||TanyaJawab

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .

Tanya :

Ustadz saya menemukan uang Rp 5000 (lima ribu rupiah). Bolehkah saya gunakan uang itu untuk keperluan saya?



Jawab:

Jika suatu barang temuan (al-luqathah) adalah barang yang remeh atau murah harganya (yang diistilahkan al-muhaqqirat), maka barang itu boleh dimiliki oleh penemunya, setelah diumumkan selama 3 (tiga) hari (Imam Syaukani, Nailul Authar, Kitab Al-Luqathah, hal. 1163).

Dalam masalah ini telah terdapat dalil-dalil hadits yang menunjukkan bahwa bahwa barang temuan yang remeh boleh dimiliki penemunya. Antara lain hadits dari Jabir bin Abdillah RA yang meriwayatkan,”Rasulullah SAW memberikan keringanan kepada kita pada tongkat, cemeti, tali, dan yang semisalnya yang ditemukan seseorang. Dia [boleh] memanfaatkannya.” (HR Ahmad) (Imam Syaukani, Nailul Authar, Kitab Al-Luqathah, hadits no 2460, hal. 1163).

Hadits di atas merupakan dalil bolehnya memiliki barang-barang yang remeh secara langsung (fi al-hal). Namun hadits-hadits yang mutlak ini telah di-taqyid (diberi pembatasan, persyaratan) oleh hadits-hadits lain yang mensyaratkan pengumuman (ta’rif) barang temuan yang remeh oleh penemunya selama tiga hari.

Dalam kondisi demikian berlakulah kaidah ushuliyah : “Yuhmalul muthlaq ‘ala al-muqayyad” yang berarti bahwa dalil yang mutlak (tanpa pembatasan, persyaratan) haruslah dibawa pada dalil yang muqayyad (terdapat pembatasan, persyaratan). (Wahbah Az-Zuhaili, Ushul al-Fiqh Al-Islami, Juz I hal. 210).

Ya’la bin Marrah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Barangsiapa menemukan barang temuan yang remeh berupa tali, uang satu dirham, atau yang semisal itu, maka hendaklah dia mengumumkannya selama tiga hari. Jika barang temuan itu lebih daripada itu, hendaklah dia mengumumkannya selama enam hari.” (HR Ahmad, Thabrani, Baihaqi) (Imam Syaukani, Nailul Authar, Kitab Al-Luqathah, hal. 1163).

Abu Said RA meriwayatkan bahwa Ali datang kepada Nabi SAW membawa uang satu dinar yang dia temukan di pasar. Maka berkatalah Nabi SAW,”Umumkanlah uang itu tiga hari.” Ali pun mengerjakan perintah Nabi SAW tapi Ali tidak mendapatkan orang yang mengenali uang itu. Maka Nabi SAW bersabda,”Makanlah uang itu.” (HR Abdur Razaq) (Imam Syaukani, Nailul Authar, Kitab Al-Luqathah, hal. 1163).

Dari hadits-hadits di atas, Imam Syaukani –rahimahullah– berkata,”Maka penemu tidak boleh memanfaatkan barang yang remeh, kecuali setelah dia umumkan temuannya selama tiga hari, karena hadits yang mutlak harus dibawa kepada yang muqayyad.” [fa-laa yajuuzu li al-multaqith an yantafi’a al-haqiir illa ba’da at-ta’riif bihi tsalaatsan hamlan li al-mutlaq ‘ala al-muqayyad]. (Imam Syaukani, Nailul Authar, Kitab Al-Luqathah, hal. 1163)

Hukum syara’ tersebut berlaku untuk barang temuan remeh yang bukan berupa makanan. Adapun jika berupa makanan, maka barang temuan remeh itu boleh langsung dimakan tanpa ada kewajiban mengumumkan. Diriwayatkan dari Anas RA, bahwa Nabi SAW melintasi sebiji kurma (tamrah) di jalan lalu beliau bersabda,”Kalau sekiranya aku tidak khawatir kurma itu berasal dari sedekah, pasti aku akan memakannya.” (HR Bukhari, hadits no 2431, Muslim, hadits no 1081 dan 165).

Demikianlah hukum syara’ untuk barang temuan remeh, baik berupa makanan maupun bukan. Jika hukum ini diterapkan untuk kasus yang ditanyakan, maka penemu uang Rp 5000 di atas wajib mengumumkan lebih dulu kepada publik selama tiga hari. Jika pemiliknya tidak datang, maka uang itu boleh dimiliki penemunya dan digunakan untuk keperluan penemunya. Wallahu a’lam. [ ]

Muhammad Shiddiq Al-Jawi

Ditulis dalam Tanya Jawab. Kaitkata: khilafah1924.org
Baca SelengkapnyaMenemukan Uang Rp 5000, Bolehkah Langsung Dimanfaatkan? ||TanyaJawab

Hukum merapatkan Shaf Sholat ||TanyaJawab

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .

Tanya :

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Pak ustadz, bagaimana sebenarnya shaf dalam shalat berjama’ah, apakah harus dengan merapatkan kaki dengan kaki teman seperti di arab (ini saya ketahui ketika haji dan umrah) juga anjuran sebagian ustadz atau cukup seperti umumnya shaf shalat di Indonesia yang agak renggang ? Karena terus terang agak sulit melakukannya, ada perasaan risih dan tidak pas kalau kaki harus bersentuhan belum lagi kadang ada yang marah dan meminta kita agak menjauh, mohon pencerahan dari bapak ustadz. Hamdi – Bontang



Jawaban :

Merapikan dan merapatkan shaf adalah termasuk prilaku utama dalam shalat berjama’ah. Ulama telah sepakat dan tidak ada perbedaan pendapat dikalangan mereka tentang masyru’iyahnya (pensyariatannya). Dalam hadits, Nabi Saw selalu mewanti-wanti orang-orang yang sedang shalat untuk selalu memperhatikan shafnya , diantaranya beliau bersabda: “Benar-benarlah kalian dalam meluruskan shaf, atau (jika tidak) niscaya Allah akan membuat perselisihan di antara wajah-wajah kalian.” (HR. Muslim No. 436)

Seorang yang biasa hadir berjama’ah di masjid, pasti tidak asing dengan seruan imam sebelum memulai shalat : “Sawwuu shufufakum (luruskan dan rapatkan shaf). Hanya yang patut disayangkan, kebanyakan para Imam seperti tidak serius dalam menghimbau jama’ahnya, seakan-akan perintah merapikan shaf yang diucapkannya hanya semacam pelengkap atau ‘protokoler’ shalat berjama’ah. Belum lagi para makmum yang tidak tahu tuntunan meraparkan shaf, sehingga renggangnya shaf berlarut-larut hingga menjadi kebiasaan sebagian besar orang yang shalat. Diantara imbas karena ketidakbiasaan ini, ketika ada orang yang merapatkan kaki, yang muncul rasa risih dan tidak enak bahkan tidak sedikit yang langsung pindah tempat shalat.

Meskipun tidak seratus persen, tetapi bisa dikatakan meluruskan dan merapatkan shaf adalah tanggung jawab imam shalat. Ketika seorang telah ditunjuk mengimami shalat, berarti beberapa amanah dan tanggung jawab telah dipikulnya, diantaranya dia berkewajiban menyeru jama’ahnya agar merapikan, meluruskan dan merapatkan shaf. Setelah himbauan disampaikan, hendaknya imam memperhatikan apakah himbauannya ini telah diterima oleh jama’ahnya. Jika belum, maka sang imam berkewajiban untuk mengingatkan bahkan jika perlu menegur yang masih lalai.

Shaf yang benar di dalam shalat

Shaf shalat yang benar adalah yang lurus dan rapat. Pengertian lurus kami rasa tidak perlu dijabarkan, karena selain sudah ma’fum, kasus jama’ah shalat yang shafnya bengkok berkelok-kelok hampir tidak pernah terjadi. Yang penting untuk diketahui bagaimanakah makna dan sifat ‘rapat’ bagi shaf ketika shalat berjama’ah ? Jawabannya ada pada hadits-hadits berikut ini, Rasulullah Saw bersabda:

 “Luruskan shaf-shaf kalian karena sesungguhnya kalian itu bershaf seperti shafnya para malaikat. Luruskan di antara bahu-bahu kalian, isi (shaf-shaf) yang kosong, lemah lembutlah terhadap tangan-tangan (lengan) saudara kalian dan janganlah kalian menyisakan celah-celah bagi setan. Barangsiapa yang menyambung shaf, niscaya Allah akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya) dan barangsiapa yang memutuskannya, maka Allah akan memutuskannya (dari rahmat-Nya)” (HR. Ahmad dan Thabarani)

 “Luruskan shaf kalian, sesungguhnya aku melihat kalian dari belakang punggungku.“ Maka hendaklah kalian menempelkan bahunya dengan bahu kawannya, dan kakinya dengan kaki kawannya.” (HR. Bukhari No.692)

 “Barang siapa yang menutupi suatu celah (dalam shaf), niscaya Allah akan mengangkat derajatnya karenanya dan akan dibangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga”

 “Dulu Rasulullah Saw meluruskan shaf kami sehingga seakan beliau meluruskan anak panah (ketika diruncingkan,pen), sampai beliau menganggap kami telah memahaminya. Beliau pernah keluar pada suatu hari (untuk mengimami shalat), lalu beliau berdiri dan hampir bertakbir, maka tiba-tiba beliau melihat seseorang yang membusungkan dadanya dari shaf. Maka beliau bersabda, “Wahai para hamba Allah, kalian harus benar-benar meluruskan shaf kalian atau Allah akan membuat wajah-wajah kalian berselisih.”(HR. Muslim)

Jelas sekali melalui hadits-hadits diatas, bahwa rapatnya shaf di zaman Nabi Saw dan para shahabat adalah menempelnya bahu, paha, lutut, mata kaki, dan sisi kaki bagian bawah. Betapa rapatnya shaf orang shalat pada saat itu, dan bandingkan dengan kebanyakan shaf shalat berjama’ah kaum muslimin sekarang ini.

Hukum Merapatkan Shaf

Ulama berbeda pendapat tentang hukum meluruskan dan merapatkan shaf,sebagian ada yang sekedar menghukumi sunnah, mewajibkannya bahkan ada yang menganggapnya sebagai rukun shalat berjama’ah.

Ulama yang menghukumi sunnah

Ulama yang menghukumi sunnah dalam masalah shaf ini adalah Abu Hanifah, Syafi’I, dan Malik, Al Qadhi ‘Iyadh, imam Nawawi dan jumhur ulama 4 mazhab lainnya. (Umdatul Qari, 8/455)

Alasannya, menurut mereka merapatkan shaf adalah untuk penyempurna dan pembagus shalat sebagaimana diterangkan dalam riwayat yang shahih. Riwayat yang dimaksud adalah: “Aqimush Shaf (tegakkanlah shaf), karena tegaknya shaf merupakan diantara pembagusnya shalat.” (Mutafaqqun ‘alaih)

Berkata Al Qadhi ‘Iyadh tentang hadits ini: “Hadits ini adalah dalil bahwa meluruskan shaf tidak wajib, dia adalah sunah yang disukai.” (Ikmal Al Mu’allim, 2/193.)

Ulama yang menghukumi wajib

Yang berpendapat bahwa meluruskan dan merapatkan shaf hukumnya wajib diantaranya adalah Ibnu Hajar al Asqalani, Imam Al Karmani, Ibnu Taimiyyah, imam Bukhari, Imam As-Syaukani dan jumhur ulama mazhab Hanbali.

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolany rah. berkata ketika menjelaskan hukum meluruskan shaf, “Ia adalah wajib dan berbuat kekurangan di dalamnya adalah haram”. (Fathul Bari 2/268)

Imam Bukhari bahkan dalam kitab Shahih-nya membuat bab yang berjudul Bab Itsmi Man Lam Yutimma Ash Shufuf (Berdosa bagi orang yang tidak menyempurnakan shaf)

Al-Imam Asy-Syaukani rah berkata ketika mengomentari hadits yang memerintahkan untuk meluruskan shaf, “Di dalam hadits tersebut terdapat keterangan wajibnya meluruskan shaf.” (Nailul Authar 2/454)

Ulama yang menghukumi sebagai rukun shalat berjama’ah

Pendapat yang paling ekstrim dari perbedaan pendapat masalah hukum shaf dalam shalat adalah yang dipegang oleh Al-Imam Ibnu Hazm Al-Andalusy, beliau menyatakan ‘batal’ orang shalat yang tidak merapatkan shaf, hal ini tercantum dalam kitabnya Al-Muhalla 4/52. Pendapat ini berdalil pada hadits : “Seorang laki-laki shalat di belakang shaf sendirian, lalu Rasul Saw memerintahkannya untuk mengulangi shalatnya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)

Tetapi pendapat ini dicounter oleh Imam Ibnu Hajar yang notabene memegang pendapat kedua, (mewajibkan), beliau mengatakan: “Ibnu Hazm telah melampui batas ketika menegaskan batalnya (shalat).” (Fathul Bari, 2/210)

Kesimpulan :

1. Meskipun mengenai status hukum meluruskan dan merapikan shaf diikhtilafkan oleh para ulama, satu hal yang kita perlu catat dan ingat, yaitu mereka sepakat bahwa masalah shaf ini adalah bagian dari syariat. Sedangkan sekecil apapun syariat agama, dia harus tetap diagungkan, dimuliakan dan jangan dipandang sebelah mata. Ulama’ yang hanya mensunnahkan masalah ini sekalipun, bukan berarti melegalkan shaf renggang palagi menyepelakannya. Diantaranya Imam Nawawi ( beliau termasuk yang memegang pendapat pertama) menafsirkan dengan pedas dan keras hadits-hadits tentang shaf. diantaranya makna ‘perselisihan di antara wajah-wajah’ beliau maknai dengan: permusuhan, kebencian, dan perselisihan hati. (Syrah Shahih Muslim, 2/178)

2. Terlepas dari status hukum meluruskan dan merapatkan shaf, yang pasti dan tidak bisa untuk dipungkiri, rapat dan lurusnya shaf adalah budaya shalat pada zaman terbaik Islam. Sampai- sampai Umar memukul kaki Abu Utsman Al Hindi untuk merapatkan shaf. Begitu pula Bilal bin Rabbah telah memukul bahu para sahabat yang tidak rapat. Ini diceritakan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 2/210, dan Imam Al ‘Aini dalam ‘Umdatul Qari, 8/463.

Wallahu A’lam

Diposkan oleh al faqir ilallah Ahmad Syahrin Thoriq

sumber
Baca SelengkapnyaHukum merapatkan Shaf Sholat ||TanyaJawab

Hukum Petasan dalam Islam? ||TanyaJawab

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .
 
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Bagaimana tinjauan Islam terhadap petasan dan bolehkah menjualnya?

Islam Melarang Tindak Pengrusakan

Islam sangat tidak suka dengan kekerasan dan pengrusakan, termasuk pula dalam hal menindak kejahatan. Islam sangat mencintai sikap lemah lembut kala bertindak. Tindak pengrusakan pun sangat tidak disenangi Islam. Muslim yang baik adalah yang tangan dan lisannya tidak menyakiti yang lain.

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Seorang muslim adalah seseorang yang lisan dan tangannya tidak mengganggu orang lain.” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 41). Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud dengan hadits ini adalah dorongan agar seorang muslim tidak menyakiti kaum muslimin lainnya dengan lisan, tangan dan seluruh bentuk menyakiti lainnya." (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 1/38, Asy Syamilah).




Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لا ضَرَرَ ولا ضِرارَ

"Janganlah membuat bahaya (terhadap orang yang tidak membuat bahaya terhadapmu). Janganlah pula membuat bahaya (dalam rangka membalas dendam)" (HR. Ibnu Majah no. 2340, Ad Daruquthni 3/77, Al Baihaqi 6/69, Al Hakim 2/66. Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih). Makna dalam hadits tersebut diisyaratkan oleh Ibnu Daqiq Al 'Ied berdasarkan pendapat dari sebagian ulama (Ad Durotus Salafiyah Syarhul Arba'in An Nawawiyah, 225).

Kerusakan Petasan dan Kembang Api

1. Petasan memberikan mudhorot pada orang lain bahkan untuk diri sendiri. Ada yang celaka bahkan mati gara-gara bermain petasan. Petasan pun menimbulkan bahaya karena suara bising yang ditimbulkan. Bahkan pengaruh explosive-nya bisa membahayakan orang lain. Dari dalil-dalil di atas yang kami sebutkan sudah menunjukkan terlarangnya petasan. Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Orang yang baik adalah orang yang tidak menyakiti walaupun itu hanya menyakiti seekor semut.” (Syarh Al Bukhari, 1/38). Perhatikanlah perkataan yang sangat bagus dari Al Hasan Al Basri. Seekor semut yang kecil saja dilarang disakiti, lantas bagaimana dengan manusia yang punya akal dan perasaan disakiti dengan suara bising atau menimbulkan bahaya yang lebih dari itu?!

2. Membelanjakan uang untuk membeli petasan, mercon dan kembang api termasuk bentuk pemborosan karena termasuk menghambur-hamburkan bukan dalam jalan kebajikan.

Padahal Allah Ta’ala telah berfirman,

وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’: 26-27). Ibnu Katsir mengatakan, “Allah ingin membuat manusia menjauhi sikap boros dengan mengatakan: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan”. Dikatakan demikian karena orang yang bersikap boros menyerupai setan dalam hal ini.

Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu bukan pada jalan yang benar.” Mujahid mengatakan, “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan yang benar, itu bukanlah tabdzir (pemborosan). Namun jika seseorang menginfakkan satu mud saja (ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir (pemborosan).” Qotadah mengatakan, “Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah dalam berbuat maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat kerusakan.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 8/474-475). Coba jika serupiah disumbangkan atau dishodaqohkan untuk jalan kebaikan, apalagi di bulan suci Ramadhan yang pahala semakin berlipat? Mengapa orang tua lebih senang anaknya diberi petasan padahal bisa membahayakan diri daripada memanfaatkan uangnya untuk hal yang lebih bermanfaat seperti disisihkan untuk sedekah atau beri makan berbuka? Hanya Allah yang beri taufik.

3. Asal muasal tradisi petasan dan kembang api sebenarnya bukan dari Islam tetapi dari budaya non muslim, yaitu dari negeri Cina. Tradisi petasan dan kembang api sendiri bermula di Cina pada abad ke-11, kemudian menyebar ke Jazirah Arabia pada abad ke-13 dan selanjutnya ke daerah-daerah lain. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Ahmad 2/50 dan Abu Daud no. 4031. Shahih, kata Syaikh Al Albani).

Jual Beli Petasan dan Kembang Api

Islam melarang jual beli yang berdampak buruk pada orang banyak. Oleh karenanya, Islam melarang menimbun barang sehingga memudhorotkan orang banyak. Begitu pula Islam melarang pedagang luar kota dicegat masuk ke dalam kota, lalu barangnya dibeli. Akhirnya harga barang tersebut bertambah mahal dan memudhorotkan orang banyak, beda halnya jika pedagang pertama menjualnya sendiri. Karena sebab menimbulkan bahaya pada orang lain bahkan pada diri sendiri, jual beli petasan dan kembang api adalah jual beli yang terlarang.

Islam cinta kedamaian dan benci pengrusakan.

Wallahu waliyyut taufiq. Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush sholihaat.

Sumber:

www. rumaysho .com

Publish:

artikelassunnah .blogspot.com

sumber
Baca SelengkapnyaHukum Petasan dalam Islam? ||TanyaJawab

Keajaiban Sujud

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .
 
Timbulnya penyakit pada umumnya disebakan karena peredaran darah yang tidak lancar. Pembuluh darah yag menyempit adalah salah satu penyebabnya. Olah raga adalah salah satu jalan untuk meningkatkan kerja jantung yang optimal.

Jantung akan banyak memompa darah dengan kuat sehingga oksigen bisa menyebar keseluruh bagian tubuh. Aliran darah dapat diibaratkan sebagai aliran sungai. Jika sungai tersebut mengalir dengan lancar, maka air itupun akan bersih, bening, tidak kotor dan bau.

Air yang kotor dan bau merupakan tanda-tanda rendahnya kandungan oksigen didalamnya. Ikanpun sulit untuk hidup dengan normal, bahkan lebih banyak menimbulkan kematian. Lain halnya dengan air yang mengalir, banyak kehidupan didalamnya.

Berbagai macam ikan dan hewan lainnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Termasuk juga tumbuh-tumbuhan akan hidup dengan menghijau dan subur. Begitulah dengan darah yang mengalir lancar, akan memberikan kehidupan yang baik bagi tubuh manusia. Sel-sel tubuh akan berkembang, dan sel yang mati akan segera dibuang bersamaan dengan mengalirnya darah.

Itulah salah satu manfaat peredaran darah. Tetapi tahukah Anda bahwa ada bagian syaraf yang berada dalam otak ternyata tidak bisa teraliri oleh darah, kecuali orang tersebut dalam keadaan sujud / shalat. Posisi jantung yang letaknya berada di dada tidak cukup kuat memompa darah untuk sampai keseluruh bagian otak.

Otak berada di atas sedangkan jantung berada dibawah. Posisi sujud yang menempatkan kepala berada dibawah dan jantung berada di atas, membuat darah mengalir dengan deras keseluruh bagian otak. Seperti mobil yang bergerak pada jalan yang menurun, akan melaju dengan cepat walaupun tidak digas.

Begitu pula dengan darah. Mengalir cepat dengan membawa oksigen yang dibutuhkan oleh seluruh bagian tubuh manusia. Inilah salah satu manfaat sujud.

Ternyata Allah memerintahkan shalat bukan hanya sekedar beribadah semata, melainkan untuk kemaslahatan hidup manusia itu sendiri. Menurut Prof Hembing, Jantung hanya mampu memompa darah sebanyak 20% kebagian otak, sedangkan 80% lainnaya hanya dapat dilakukan lewat sujud / shalat.

Dengan demikian seharusnya kita bersyukur kepada Allah, telah diperintahkan shalat. Bukan sebaliknya, malah malas-malasan untuk shalat, bahkan sebagian kaum muslimin ada meninggalkannya sama sekali.

Cobalah renungkan seandainya otak tersebut idak mendapat poasokan oksigen, akibatnya akan fatal. Kemampuan otak akan menurun, daya pikir menjadi lemah. Begitu pula daya ingatan menurun drastic dan cepat lupa. Pada akhirnya urat syaraf menjadi rusak dan mati.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa ada bagian syaraf yang berada dala otak tidak pernah teraliri oleh darah kecuali saat orang tersebut dalam posisi sujud. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dr. Fidelma, seorang ahli syaraf dari Amerika yang beragama Kristen.

Dokter tersebut sangat terkagum-kagum terhadap hasil penelitiannya. Aliran darah hanya dapat menyebar keseluruh bagian otak hanya dalam keadaan sujud. Penelitian tersebut akhirnya membuka hatinya untuk mendapat hidayah, yaitu mengakui ketinggian dan kebenaran ajaran Islam. Penlitian tersebut menuntunya masuk Islam.

Inilah salah satu bukti kebesaran dan keagungan Allah melalui ajaran Islam yang mulia. Seluruh ajaran / syariatnya selain dilakukan sebagai bentuk ibadah, juga merupakan berkah dan rahmat untuk kemaslahatan hidup manusia. Shalat yang diperintahkan merupakan anugrah yang amat besar yang harus disyukuri, bukan malah ditolak dengan meninggalkanya.

Shalat menjadikan seseorang menjadi sehat dan segar. Shalat menjadikan otak manusia menjadi luar biasa, cerdas dan kuat. Orang meninggalkan shalat berarti telah merusak pisiknya sendiri.

Orang meninggalkan shalat merarti telah mendzalimi diri sendiri, kerena akan menimbulkan kerusakan yang ditandai dengan munculnya gejala-gejala sperti cepat pusing, sakit kepala, cepat marah dan timbulnya stress. Semoga kita dijadikan sebagai hamba Allah yang mendirikan shalat dengan sabar dan syukur.

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. QS. 4 An-Nisaa’:82

Maha Suci Allah dengan segala kekuasaan-Nya. Sungguh, apa-apa yang ditetapkan Allah, ada manfaat yang bisa diambil.

Jadi,,, 1 lagi bukti… Islam dan Al-Qur’an TERBUKTI BENAR! DARI ILMIAH,,,, Islam dan Al-Qur’an terbukti Benar DARI KITAB LAIN,,, Islam dan Al-Qur’an terbukti Benar

Segala puja & puji bagi ALLAH,,, Qur’an TERBUKTI Sepanjang Masa!

Qs.3 Ali Imran:85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

sumber
Baca SelengkapnyaKeajaiban Sujud

BAHAYA DOSA KECIL

BAHAYA DOSA KECIL





OLEH : Ramli Yusuf



Hadits dari Sahl bin Sa’ad berkata;

Bersabda Rasulullah SAW:

Hati-hatilah terhadap dosa-dosa kecil. Hal itu tidak ubahnya seperti sekelompok orang yang turun ke sebuah lereng gunung. Mereka masing-masing membawa sebatang ranting kayu sehingga dengan ranting-ranting kayu itu bisa mereka masak roti. Dosa-dosa kecil kapan saja di lakukan oleh seseorang ia akan menjadi celaka. (Riwayat Ahmad).

Di dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad di atas Rasulullah menjelaskan kepada umatnya untuk berhati terhadap dosa-dosa kecil sebab dosa-dosa kecil bila sering dikerjakan akan menjadi besar juga dan akan mengkibatkan fatal bagi orang yang melakukannya.

Rasulullah mencontohkan dosa kecil itu seperti sekelompok orang yang pergi ke suatu tempat rekriasi dengan tujuan masak dan makan bersama.

Kepada setiap orang dianjurkan membawa hanya sebatang ranting kayu untuk dijadikan kayu bakar. Ternyata setelah dikumpulkan ranting-ranting itu semuanya jadilah satu tumpukan besar sehingga bisa menanak semua makanan yang mereka inginkan.

Target syaithan terkutuk yang paling utama adalah ingin mengeluarkan manusia dari iman dan menjerumuskan kedalam kekafiran. Bila hal ini tidak mampu mereka mengajak manusia untuk melakukan dosa-dosa besar, seperti berzina, membunuh, minum minuman yang memabukkan dan lain-lain.Bila ini tidak mampan syaithan mendorong dan mangajak manusia untuk melakukan dosa-dosa kecil yang tidak terhitung jumlah dan ragamnya.



Sebagai contoh kita sebutkan saja misalnya melihat wanita dengan syahawat, menghabiskan waktu pada pekerjaan yang tidak bermanfaat; duduk berjam-jam di warung kopi, main batu semalam suntuk, melanggar rambu-rambu lalu lintas dan banyak lagi yang lainnya. Syaithan sangat senang bila manusia sibuk dengan dosa-dosa kecil dan selalu mengajaknya dengan caranya sendiri; tidak mengapa ini hanya dosa kecil saja asal tidak dikerjakan dosa besar.



Dosa-dosa kecil bila dikerjakan secara terus menerus maka ia akan menjadi besar dan gemuk. Menyengaja dan membiasakan diri dengan dosa-dosa kecil berarti sama dengan merencanakan untuk memulai berbuat dosa besar. Bukankah suatu dosa besar duduk berjam-jam menontong televisi di warung kopi sehingga menyia-nyiakan urusan rumah tangga. Atau main batu semalam suntuk yang ujung-ujungnya tidak sempat shalat subuh.



Bukankah meningalkan shalat itu suatu dosa besar. Pepatah lama mengatakan: Qalilan-qalilan yakunu jabalan (Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit). Allahu waliyyuttaufiq.

sumber
Baca SelengkapnyaBAHAYA DOSA KECIL

Kepentingan Menghargai dan Bersyukur

Kepentingan Menghargai dan Bersyukur



Hasan Al-Bashri ditanya tentang rahsia zuhudnya. Ia menjawab: “Aku tahu rezekiku tidak akan diambil orang lain, kerana itu, kalbuku selalu tenang. Aku tahu amal perbuatanku tidak akan dapat ditunaikan orang lain, kerana itu, aku sibuk mengerjakannya. Aku tahu Allah SWT mengawasiku, kerana itu, aku selalu merasa malu Dia melihatku dalam keadaan maksiat. Aku tahu kematian itu sudah menungguku, kerana itu, aku selalu menambah bekal untuk hari pertemuanku dengan Allah SWT."





Manusia itu diciptakan dengan sebaik-baik kejadian, sesempurna kesempurnaan seorang manusia yang diberi tugas besar sebagai Khalifah dimuka bumi ini. Allah SWT telah membekalkan kepada manusia keistimewaan-keistimewaan dan kelebihan berbanding dengan makhluk Allah yang lain.



1. Hargailah dan Syukurilah setiap sesuatu yang kamu miliki.



Ia tidak semestinya harta dan material, ia juga mencakupi kesihatan kita, usia kita yang masih hidup hingga hari ini, setiap hari masih ada makanan untuk kita makan, masih ada orang yang mahu menegur kita, masih ada orang yang mengucapkan "selamat pagi, atau salam sejahtera, atau assalamualaikum".



Syukurilah segala nikmat Allah dari sekecil-kecil yang selama ini tidak kita hiraukan seperti udara yang percuma, keupayaan membuang air kecil, deria anggota tubuh badan, dan sebagainya lagi yang tidak dapat kita sebutkan satu persatu, akan nikmat Allah pada makhluknya.



Adalah sangat mudah untuk menyebutkan perkara-perkara yang kita tidak miliki, tetapi, luangkanlah sedikit masa setiap hari untuk bersyukur sekurang-kurangnya pada 5 perkara yang kita perolehi pada hari ini. Ketika memikirkan 5 perkara ini, hayatilah betul-betul dan rasainya ke dalam perasaan kita.



Bayangkan seorang kanak-kanak kecil yang kamu kenali, yang kamu berikan hadiah atau makanan, tetapi kanak-kanak itu tidak menghargainya, membuangnya atau mengutuk pemberian kamu itu, adakah kebarangkalian untuk kamu membelikan lagi hadiah kepada kanak-kanak itu?



Bagaimana pula jika kanak-kanak itu menunjukkan perasan gembira dan suka pada pemberian kamu itu, mengucapkan terimakasih, menjaga dengan baik hadiah pemberian kamu, sering menunjukkan pada kamu hadiah itu setiap kali kamu berjumpa dengannya? Bagaimanakah pula kebarangkalian untuk kamu memberikan lagi hadiah kepada kanak-kanak itu?



Begitulah perbandingan antara Tuhan dan hamba-hambanya. Firman Allah: "Barangsiapa yang mensyukuri nikmatKu, maka Aku akan menambahkan lagi nikmat Ku kepadanya"



Oleh itu bersyukurlah, berterimakasihlah, dan Allah SWT akan menambahkan lagi apa yang kita ada.



Jika dalam Hukum Tarikan, kita belajar bahawa mewujudkan keinginan itu amat penting, maka dalam Hukum Kecukupan, kita mempelajari bahawa Mensyukuri dan Menghargai nikmat itu amat penting. Kedua-dua perkara ini saling berkait antara satu dengan yang lain.



2. Wujudkan suatu persekitaran, kekuatan atau vakum pada diri kita, dimana semua perkara yang baik sahaja berada disekeliling kita.



Jangan isikan hidup kita dengan perkara-perkara yang sebenarnya kita tidak betul-betul perlukan. Ini adalah pembaziran. Walau pun kamu seorang jutawan, tidak bermakna kamu boleh membazir. Ingat! Membazir adalah sifat syaitan dan perlu dijauhi.



Tanyalah diri setiap kali bila keluar berbelanja, adakah barangan yang ingin kita beli itu, benar-benar kita perlukan atau tidak. Kecukupan bukan bermakna diri kita penuh dengan barangan yang kita tidak perlukan. Kecukupan dalam hidup adalah dengan mencari dan memperolehi perkara-perkara dan pengalaman yang benar-benar berguna untuk diri kita. Contohnya membeli sesuatu barangan kerana kita diberitahu oleh kawan, bahawa kita perlu ada barangan tersebut. Mungkin bagi kawan kita, barangan itu memang berguna untuk dirinya, tetapi tidak pada kita. Maka elakkanlah perkara ini dari berlaku. Kenalpasti keinginan kamu!



Mulakan membersihkan persekitaran peribadi kamu, bilik kamu dari benda-benda yang tidak digunakan lagi atau yang tidak kamu perlukan. Isikan wardrobe kamu dengan pakaian-pakaian yang relevan dan kamu perlukan. Yang memang tidak akan kamu pakai, sedekahkan pada orang yang memerlukannya. Kemas meja kamu dari nota-nota atau kertas yang lebih merupakan sampah sahaja. Kemaskini dokumen-dokumen kamu dengan sistem fail yang tepat dan kemas. Bersihkan longkang dirumah kamu, atau kosongkan tong sampah kamu. Berdisiplinlah dengan hidup ini. Buang semua cara berbelanja yang membazir. Bebaskan pemikiran , cara bercakap, apa yang kamu percaya, tindakan-tindakan kamu, yang selama ini berasaskan tidak cukup dan tidak puas.



3. Bersedekah dan berderma.



Jadilah seorang yang pemurah. Kita sentiasa inginkan agar Allah SWT menunjukkan sifat PemurahNya pada kita, tetapi adakah kita seorang yang pemurah dengan kemampuan diri yang ada pada kita? Dalam Islam "Satu sedekah ganjarannya adalah Sepuluh kali ganda" maksudnya setiap satu sedekah yang ikhlas dari kita, maka Allah SWT akan membalas balik dengan sepuluh kali ganda dari apa yang kita sedekah.



Dalam Hukum Tarikan, amalan bersedekah amat disarankan kerana dengan bersedekah, kita menghantar frekuensi bahawa kita mempunyai lebihan wang, maka kita menarik tenaga kecukupan pada diri kita. Sedekah juga mengajar hati kita menjadi bersih, ikhlas, dan dapat menghayati dan memahami kesusahan orang lain. Maka jadilah dermawan. Senyum juga satu sedekah. Bersedekahlah dengan apa yang anda miliki, tidak semestinya wang. Anda juga boleh berdoa untuk kesejahteraan orang lain, menyedekahkan tenaga dan sebagainya dengan ikhlas.



Rezeki dalam bentuk apa juapun adalah tenaga, sebagaimana yang kita semua faham bahawa seluruh alam ini, termasuk diri kita, adalah terdiri dari zarah-zarah atom yang merupakan tenaga. Tenaga bergetar dan bergerak dalam satu aliran-aliran yang tersendiri.



Cuba kita lihat pergerakkan udara (angin) dalam sebuah bilik yang tertutup, hanya tingkapnya sahaja yang terbuka. Kebarangkalian untuk angin mengalir masuk melalui tingkap adalah amat sedikit walaupun masih ada cukup udara dan oksigen. Sekarang, kita buka pintu bilik itu, anda akan dapat rasakan angin bertiup mula masuk melalui tingkap itu dan keluar melalui pintu kerana sudah ada aliran untuk udara keluar masuk.



Begitu juga lah dengan rezeki dan kecukupan diri kita. Rezeki akan datang melimpah-ruah andainya kita sedia berkongsi apa yang kita perolehi (bersedekah/murah hati) dengan orang lain. Tidak semestinya wang, ilmu juga jika disimpan, tidak diamalkan dan tidak disampaikan, ianya tidak akan bertambah malah menjadi semakin malap.



4. Maafkan semua perkara yang menyakitimu.



Bebaskan hatimu dari dendam. Apabila kamu masih menyimpan kemarahan, tidak kira atas alasan apa pun, sebenarnya, kamu hanya menyakiti dirimu, bukan menyakiti orang yang kamu marahi. Dendam dan marah hanyalah membuatkan kita sentiasa hidup pada hari semalam, dimana hari kita berasa disakiti ini hanya akan menyulitkan kita untuk maju ke hadapan dan memiliki masa depan yang baik.



Maafkan sesiapa yang telah melukakan kamu, bersalah denganmu. Luangkanlah dalam 10 minit sehari dengan mengucapkan:



"Aku maafkan dan bebaskan ..... dan aku harap mereka bahagia dan mereka akan pergi dari ku."



Antara kebaikan yang akan anda rasai apabila memaafkan seseorang:



1.Hati akan menjadi bersih/suci



2.Fikiran menjadi tenang



3.Penyakit rohani dan jasmani mudah sembuh



4.Wajah lebih cantik/tampan kerana wajah adalah cermin hati



5.Suntikan hidayah akan memasuki jiwa anda



6.Rezeki akan dipermudahkan dan mula melimpah ruah



7.Mula dapat merasai kehadiran kasih sayang yang banyak dari berbagai sudut



8.Diri akan menjadi lebih produktif kerana anda lebih bertenaga dan bersemangat



9.Doa cepat dimakbulkan



10.Kemampuan tenaga zahir dan batin akan meningkat



Praktikkan cara-cara ini, semoga akan dapat menukar minda kita kepada manusia yang berfikiran Serba Cukup. Dengan mengamalkan Hukum Kecukupan ini, semoga Hukum Tarikan akan mudah dimanifestasikan. Semoga kita semua beroleh Rahmat dan Petunjuk dari Allah S.W.T sentiasa.



Hidup ini adalah indah, apabila kita benar-benar bersyukur. Segalanya terletak pada hati/perasaan dan fikiran/minda kita. Kita harus melihat pemberian Allah SWT dengan mata rohani, sehingga mampu merasakan kekayaan rohani yang kita miliki. Keselamatan, kesihatan, ketenangan, keyakinan iman dan banyak lagi lainnya adalah kekayaan rohani yang sangat mahal harganya. Allah SWT tidak pernah melupakan hamba-hamba-Nya, manusialah yang lupa kepada-Nya kerana sedikit sekali manusia yang bersyukur kepada pencipta-Nya.



Sabda Rasullullah S.A.W : "Pada anggota manusia itu, ada seketul daging, jika baik daging itu, maka akan baiklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahawa yang dimaksudkan dengan daging itu adalah hati/perasaan".



wallahuaklamubissawab

sumber
Baca SelengkapnyaKepentingan Menghargai dan Bersyukur

7 Sunnah Nabi Yang Patut Dilakukan

7 Sunnah Nabi Yang Patut Dilakukan



Tujuh Sunnah Rasulullah yang perlu diamalkan ialah :

Solat Tahajjud



Solat Tahajjud ialah solat apabila terjaga daripada tidur malam. Sebaik-baiknya 1/3 malam yang terakhir iaitu dalam lingkungan jam 3 atau 4 pagi. Jumlah rakaat sekurang-kurangnya 2 rakaat. Di antara fadhilatnya :

Mendapat pengawasan Allah dan menampakkan kesan ketaatan di wajahnya.

Dikasihi oleh para ahli ibadah dan org mukmin.

Percakapannya menjadi hikmah dan bijaksana.

Dimudahkan hisab ke atasnya.

Mendapat catatan amal dari tangan kanan.

Firman Allah SWT yang bermaksud :

“Dan bangunlah pada sebahagian dari waktu malam serta kerjakanlah "sembahyang tahajjud" padanya, sebagai sembahyang tambahan bagimu; semoga Tuhanmu membangkit dan menempatkanmu pada hari akhirat di tempat Yang Terpuji. (Al-Isra : 79)

Membaca Al-Qur'an Sebelum Terbit Matahari



Membaca Al-Quran merupakan salah satu sunnah Rasulullah terutamanya membaca Al-Quran pada waktu sebelum terbitnya matahari. Besar pahala bagi orang yang mebaca Al-Quran dan mentadabbur isinya. Jadikan Al-Quran sebagai panduan hidup dan jangan dijadikan Al-Quran sebagai bacaan bacaan sahaja. Jadikan Al-Quran sebagai bacaan, panduan dan membudayakan Al-Quran dalam setiap perkara dalam kehidupan kita. Firman Allah yang bermaksud :

“Sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk ke jalan Yang amat betul (ugama Islam), dan memberikan berita Yang mengembirakan orang-orang Yang beriman Yang mengerjakan amal-amal soleh, Bahawa mereka beroleh pahala Yang besar.” (Al-Isra : 9)

Jangan Tinggalkan Masjid



Solat yang lebih baik adalah solat berjamaah di masjid, kerana pahala orang yang solat berjamaah di masjid sangat besar dan pahalanya dikira pada setiap langkahnya ke masjid dan ia juga akan memperolehi pahala berjamaah sebanyak 27 pahala. Hadis Nabi Muhammad SAW yang bermaksud :

"Sungguh, alangkah ingin aku menyuruh (para sahabat) melakukan solat, dan aku suruh seseorang untuk mengimaminya, kemudian aku pergi bersama beberapa orang yang membawa beberapa ikat kayu api menuju (rumah) orang-orang yang tidak ikut solat berjemaah, untuk membakar rumah mereka dengan api."



Jaga Solat Dhuha



Solat Sunat Dhuha adalah solat yang yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah kepada umatnya, kerana solat sunat Dhuha ini banyak kelebihannya. Di antara kelebihannya ialah pintu rezeki dibuka dan dimurahkan rezeki. Waktu solat sunat Dhuha ialah dari naik matahari sampai se-penggalah dan berakhir di waktu matahari tergelincir. Rasullullah SAW pernah bersabda yang maksudnya :

“Pada tiap-tiap pagi lazimkanlah atas tiap-tiap ruas anggota seseorang kamu bersedekah; tiap-tiap tahlil satu sedekah, tiap-tiap takbir satu sedekah, menyuruh berbuat baik satu sedekah, dan cukuplah (sebagai ganti) yang demikian itu dengan mengerjakan dua rakaat solat Dhuha .” (Hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Jaga Sedekah



Sedekah ialah seseorang itu mengorbankan sedikit hartanya untuk diberikan kepada orang yang memerlukan dengan hati dan perasaan yang ikhlas kerana Allah. Bagi orang yang rajin bersedekah, Allah akan gandakan setiap sedekahnya dengan rezeki yang melimpah. Firman Allah yang bermaksud :

“Dan jangan sekali-kali orang-orang Yang bakhil Dengan harta benda Yang telah dikurniakan Allah kepada mereka dari kemurahanNya - menyangka Bahawa keadaan bakhilnya itu baik bagi mereka. bahkan ia adalah buruk bagi mereka. mereka akan dikalongkan (diseksa) Dengan apa Yang mereka bakhilkan itu pada hari kiamat kelak. dan bagi Allah jualah hak milik Segala warisan (isi) langit dan bumi. dan (ingatlah), Allah Maha mengetahui Dengan mendalam akan Segala Yang kamu kerjakan. (mukjizat) Yang nyata dan Dengan (korban) Yang katakan, maka membunuh mereka, jika kamu orang-orang Yang benar (dalam apa Yang kamu dakwakan itu)?" (Al-Imran : 180)

Jaga Wudhuk Terus Menerus



wudhu adalah salah satu cara untuk menyucikan diri dari hadas kecil. Orang yang menjaga wuduknya akan disayangi oleh Allah. Kata khalifah Ali bin Abu Thalib :

"Orang yang selalu berwudhuk senantiasa ia akan merasa selalu solat walau ia sedang tidak solat, dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa, ampuni dosa dan sayangi dia ya Allah".

Istighfar Setiap Masa



Istighfar ialah memohon keampunan dari Allah atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan dan berjanji kepada Allah tidak akan mengulangi kesalahan tersebut. Firman Allah yang bermaksud :

“Dan Allah tidak sekali-kali akan menyeksa mereka, sedang Engkau (Wahai Muhammad) ada di antara mereka; dan Allah tidak akan menyeksa mereka sedang mereka beristighfar (meminta ampun).” (Al-Anfal : 33)

sumber
Baca Selengkapnya7 Sunnah Nabi Yang Patut Dilakukan

BAB SIAPA YANG BOLEH DAN SIAPA YANG TIDAK BOLEH DIBERI SALAM DAN DIJAWAB SALAMNYA

Ketahuilah bahwa orang Muslim yang tidak dikenal dengan kefasikan dan kebid'ahannya, boleh memberi dan diberi salam. Ia disunnahkan untuk mengucapkan salam, dan wajib salamnya dijawab.



Menurut para sahabat kami, wanita bersama wanita yang lainnya sama seperti laki-laki bersama laki-laki lainnya.



Adapun wanita bersama laki-laki, maka Imam Abu Sa'd al-Mutawalli mengatakan, "Jika wanita tersebut isterinya, sahaya wanitanya, atau salah seorang mahramnya, maka ia bersamanya seperti laki-laki lainnya. Masing-masing dari keduanya disunnahkan untuk memulai salam kepada yang lainnya, dan wajib atas yang lainnya untuk menjawab salam-nya. Jika wanita tersebut bukan mahramnya; jika ia cantik yang dikhawatirkan dapat menimbulkan fitnah, maka laki-laki tidak mengucapkan salam kepadanya. Jika laki-laki mengucapkan salam kepadanya, maka ia tidak wajib menjawabnya. Ia juga tidak memulai salam kepada laki-laki. Jika ia mengucapkan salam kepadanya, maka tidak wajib dijawab. Jika laki-laki itu menjawab salamnya, maka itu dimakruhkan. Jika wanita tersebut sudah tua yang tidak akan menimbulkan fitnah, maka ia boleh mengucapkan salam kepada laki-laki, dan laki-laki tersebut wajib menjawab salamnya. Jika wanita itu banyak, lalu laki-laki mengucapkan salam kepada mereka, atau jika laki-laki itu banyak lalu mereka mengucapkan salam kepada seorang wanita, maka itu boleh, jika fitnah tidak dikhawatirkan akan menimpa laki-laki dan para wanita itu, atau menimpa wanita dan kaum laki-laki tersebut.



Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah dan selainnya dari Asma binti Yazid radiyallahu 'anhu, ia mengatakan,





مَرَّ عَلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم فِي نِسْوَةٍ، فَسَلَّمَ عَلَيْنَا.





"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam melewati kami di tengah kaum wanita, maka beliau mengucapkan salam kepada kami."





At-Tirmidzi berkata, "Hadits hasan." Apa yang aku sebutkan ini adalah redaksi riwa-yat Abu Dawud.



Adapun riwayat at-Tirmidzi, maka di dalamnya disebutkan: dari Asma





أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم مَرَّ فِي الْمَسْجِدِ يَوْمًا، وَعُصْبَةٌ مِنَ النِّسَاءِ قُعُوْدٌ، فَأَلْوَى بِيَدِهِ بِالتَّسْلِيْمِ.





"Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam suatu hari lewat di masjid, sementara sekelompok wanita sedang duduk-duduk, maka beliau melambaikan tangannya dengan (mengucapkan) salam."



Kami meriwayatkan dalam kitab Ibn as-Sunni dari Jabir bin Abdillah radiyallahu 'anhu,





أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم مَرَّ عَلَى نِسْوَةٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِنَّ.





"Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallammelewati sejumlah wanita, lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka."



Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dari Sahl bin Sa'ad radiyallahu 'anhu, ia mengatakan,





كَانَتْ فِيْنَا امْرَأَةٌ (وَفِي رِواَيَةٍ: كَانَتْ لَنَا عَجُوْزٌ)، تَأْخُذُ مِنْ أُصُوْلِ السِّلْقِ، فَتَطْرَحُهُ فِي الْقِدْرِ وَتُكَرْكِرُ حَبَّاتٍ مِنْ شَعِيْرٍ، فَإِذَا صَلَّيْنَا الْجُمُعَةَ، اِنْصَرَفْنَا نُسَلِّمُ عَلَيْهَا، فَتُقَدِّمُهُ إِلَيْنَا.





"Di tengah-tengah kami terdapat seorang wanita (dalam suatu riwayat: di tengah kami ada seorang wanita tua), yang biasa mengambil umbi-umbian lalu meletakkannya dalam periuk, dan menggiling biji-biji gandum. Jika kami selesai shalat Jum'at, kami pergi untuk mengucapkan salam kepadanya, lalu ia menghidangkannya kepada kami."



Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Ummu Hani' binti Abi Thalib radiyallahu 'anhu, ia mengatakan,





أَتَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه و سلم يَوْمَ الْفَتْحِ، وَهُوَ يَغْتَسِلُ، وَفَاطِمَةُ تَسْتُرُهُ، فَسَلَّمْتُ...





"Aku datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pada hari penaklukan kota Makkah (Fath) pada saat beliau sedang mandi, sementara Fathimah menutupinya, lalu aku mengucapkan salam..." dan menye-butkan hadits tersebut.





Pasal





Adapun terhadap ahli dzimmah, maka para sahabat kami berselisih tentang mereka. Namun mayoritas memutuskan bahwa tidak boleh memulai salam kepada mereka. Semen-tara yang lainnya berpendapat, itu tidak haram tetapi dimakruhkan. Jika mereka mengu-capkan salam kepada seorang muslim, maka ia menjawab, "Wa'alaikum," tidak lebih. Qadhi yang utama, al-Mawardi, menuturkan satu pendapat lain dari kalangan para sahabat kami bahwa boleh memulai salam kepada mereka. Tetapi orang yang mengucapkan salam cukup mengatakan, " As-Salamu 'alaika," tidak boleh menyebut dengan lafazh jama' ('alaikum). Al-Mawardi juga menuturkan satu pendapat bahwa yang diberi salam menjawab kepada mereka, jika mereka memulai salam, dengan ucapan, "Wa'alaikumus salam." Tetapi tidak mengucapkan, "Warahmatullah." Dua pendapat ini aneh dan tertolak.



Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,





لاَ تَبْدَؤُوا الْيَهُوْدَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ، فَإِذَا لَقِيْتُمْ أَحَدَهُمْ فِي طَرِيْقٍ، فَاضْطَرُّوْهُ إِلَى أَضْيَقِهِ.





"Janganlah memulai (mengucapkan) salam kepada Yahudi dan Nasrani. Jika kalian bertemu dengan seseorang dari mereka di jalan, maka paksalah mereka ke pinggirnya."



Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim dari Anas y, ia mengatakan, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,





إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْكِتَابِ فَقُوْلُوا: وَعَلَيْكُمْ.





"Jika Ahli Kitab mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah: wa'alaikum'."



Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dari Ibnu Umar radiyallahu 'anhuBahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,





إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمُ الْيَهُوْدُ، فَإِنَّمَا يَقُوْلُ أَحَدُهُمْ: السَّامُ عَلَيْكَ، فَقُلْ: وَعَلَيْكَ.





"Jika orang Yahudi memberi salam kepada kalian; sesungguhnya salah seorang dari mereka hanyalah mengucapkan, 'As-Sam 'alaik (binasalah kamu),' maka jawablah, 'Wa'alaika (kamu juga)'."





Mengenai masalah ini terdapat banyak hadits yang semisal dengan apa yang telah kami sebutkan.



Abu Sa'ad al-Mutawalli mengatakan, seandainya seseorang terlanjur mengucapkan salam kepada orang lain yang dikiranya Muslim namun ternyata kafir, maka dianjurkan untuk meminta salamnya dikembalikan, dengan mengatakan kepadanya, "Kembalikan salamku kepadaku." Tujuannya ialah untuk melepaskan diri darinya dan menunjukkan kepadanya bahwa tidak ada ikatan cinta di antara keduanya.





Diriwayatkan, "Bahwa Ibnu Umar radiyallahu 'anhu mengucapkan salam kepada sese-orang, lalu dikatakan kepadanya bahwa ia adalah Yahudi. Maka Ibnu Umar mengejarnya dan mengatakan kepadanya, "Kembalikan salamku kepadaku."



Aku katakan, Kami telah meriwayatkan dalam Muwaththa' Malik rahimahullah bahwa Malik ditanya tentang orang yang mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nasrani, apakah ia meminta supaya dibatalkan? Ia menjawab, "Tidak." Ini pendapatnya, dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu al-Arabi al-Maliki.





Abu Sa'ad mengatakan, "Seandainya seseorang hendak mengucapkan salam peng-hormatan kepada seorang Ahli Dzimmah, maka hendaklah ia melakukannya dengan tanpa kata as-Salam, seperti misalnya mengucapkan, "Hadakallah, An'amallahu Shabahaka (semoga Allah memberimu Hidayah, semoga Allah memberimu kebaikan pagi ini)."





Aku katakan, "Apa yang dikatakan oleh Abu Sa'ad ini tidak mengapa, jika diperlu-kan. Maka yang memberi salam mengatakan, 'Shubbihta bi al-Khair' (engkau diberi kebaik-an pagi ini), 'bi as-Sa'adah' (dengan kebahagiaan), atau 'bi al-'Afiyah' (dengan keafiatan). Atau: 'Shabbahakallahu bi as-Surur' (Allah memberimu kebahagiaan pagi ini), 'bi as-Sa'adah' (dengan kebahagiaan) 'wa an-Ni'mah' (dan kenikmatan) atau 'bi al-Masarrah (dengan kemu-dahan), atau yang serupa dengannya. Adapun jika tidak memerlukannya, maka yang terbaik ialah tidak mengucapkan apa-apa. Karena mengucapkan sesuatu padanya berarti menggembirakannya, mencintainya dan menampakkan bentuk kasih sayang kepadanya. Sementara kita diperintahkan agar bersikap keras kepada mereka dan dilarang mencintai mereka. Oleh karena itu, kita tidak menampakkan hal itu. Wallahu a'lam.





Cabang Persoalan





Jika seseorang melewati segolongan orang yang di dalamnya terdapat sejumlah kaum muslimin, atau ada seorang muslim dan orang-orang kafir, maka disunnahkan untuk mengucapkan salam kepada mereka dengan meniatkan untuk memberi salam kepada orang-orang Muslim atau seorang Muslim tersebut.



Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Usamah bin Zaid radiyallahu 'anhu,





أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه و سلم مَرَّ بِمَجْلِسٍ فِيهِ أَخْلاَطٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُشْرِكِيْنَ عَبَدَةِ اْلأَوْثَانِ وَالْيَهُوْدِ، فَسَلَّمَ عَلَيْهِمُ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم.





"Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam lewat di suatu majelis yang di dalamnya berbaur antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin penyembah berhala dan kaum Yahudi, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan salam kepada mereka."





Cabang Masalah



Jika seseorang menulis surat kepada seorang musyrik, dan ia menulis dalam surat tersebut salam atau sejenisnya, maka hendaklah yang dituliskannya adalah sebagaimana yang kami riwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dalam hadits Abu Sufyan rahimahullah tentang kisah Heraclius, yaitu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menulis:





مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيْمِ الرُّوْمِ: سَلاَمٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى.





"Dari Muhammad, hamba Allah dan utusanNya, kepada Heraclius Kaisar Romawi, 'Semoga keselamatan terlimpah atas siapa saja yang mengikuti petunjuk'."





Cabang: Apa Yang Diucapkan Jika Menjenguk Seorang Ahli Dzimmah





Ketahuilah bahwa para sahabat kami berselisih tentang menjenguk seorang kafir dzimmi yang sedang sakit. Segolongan menganjurkannya, dan segolongan lainnya mela-rangnya. Asy-Syasyi menyebutkan perselisihan ini, kemudian mengatakan, "Yang benar, menurutku, ialah pendapat yang menyatakan bahwa menjenguk orang kafir yang sedang sakit secara umum adalah boleh. Dan bernilai ibadah bila itu dilakukan sebagai sejenis penghormatan di samping sebagai hak tetangga atau kerabat."



Aku katakan, Apa yang disebutkan oleh asy-Syasyi ini bagus. Karena kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari, dari Anas radiyallahu 'anhu, ia mengatakan,





كَانَ غُلاَمٌ يَهُوْدِيٌّ يَخْدُمُ النَّبِيَّ صلى الله عليه و سلم، فَمَرِضَ، فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم يَعُوْدُهُ، فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ، فَقَالَ لَهُ: أَسْلِمْ. فَنَظَرَ إِلَى أَبِيْهِ وَهُوَ عِنْدَهُ، فَقَالَ: أَطِعْ أَبَا الْقَاسِمِ فَأَسْلَمَ، فَخَرَجَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم وَهُوَ يَقُوْلُ: الْحَمْدُ لله الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنَ النَّارِ.





"Dahulu, ada seorang pemuda Yahudi yang biasa membantu Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu (suatu kali) ia sakit, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam datang menjenguknya. Beliau duduk di sisi kepalanya seraya mengatakan kepadanya, 'Masuk Islamlah.' Ia memandang ayahnya yang berada di sisinya, maka ayahnya mengatakan, 'Patuhilah Abu al-Qasim (Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam).' Ia pun masuk Islam. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam keluar seraya berucap, 'Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka'."



Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim dari al-Musayyab bin Hazn, orang tua Sa'id bin al-Musayyab rahimahullah, ia mengatakan,





لَمَّا حَضَرَتْ أًبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ، جَاءَ هُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَقَالَ: يَا عَمِّ، قُلْ: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ ....





"Ketika Abu Thalib menjelang wafat, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallamdatang kepadanya lalu mengatakan, 'Wahai paman, ucapkanlah: La ilaha illallah'..." dan menyebutkan hadits tersebut secara panjang lebar.

Aku katakan, Orang yang menjenguk orang kafir dzimmi (yang sakit) hendaklah memotifasinya untuk masuk Islam, menjelaskan kebaikan-kebaikan Islam kepadanya, menganjurkannya, dan mengobarkan semangat kepadanya untuk bersegera memeluk Islam, sebelum ia sampai kepada suatu keadaan di mana taubatnya tidak bermanfaat lagi baginya. Jika ia mendoakannya, ia mendoakannya supaya mendapatkan hidayah dan sejenisnya.





Pasal





Adapun ahli bid'ah dan pelaku dosa besar yang belum bertaubat darinya, maka hendaklah mereka tidak diberi salam dan salam mereka tidak dijawab. Demikian yang dikatakan al-Bukhari dan para ulama selainnya.

Imam Abu Abdullah al-Bukhari berhujjah dalam Shahihnya mengenai masalah ini dengan hadits yang kami riwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim tentang kisah Ka'ab bin Malik y, ketika ia dan dua rekannya tidak ikut serta dalam perang Tabuk. Ka'ab mengatakan,





نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم عَنْ كَلاَمِنَا. قَالَ: وَكُنْتُ آتِيْ رَسُوْلَ اللهِ، فَأُسَلِّمَ عَلَيْهِ، فَأَقُوْلُ: هَلْ حَرَّكَ شَفَتَيْهِ بِرَدِّ السَّلاَمِ أَمْ لاَ؟





"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam melarang (para sahabat) untuk berbicara dengan kami." Kata Ka'ab kemu-dian, "Aku datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam untuk mengucapkan salam kepada beliau. Aku tidak tahu: apakah beliau menggerakkan kedua bibirnya untuk menjawab salamku ataukah tidak?"

Al-Bukhari mengatakan, "Abdullah bin Amr mengatakan,





لاَ تُسَلِّمُوْا عَلَى شَرَبَةِ الْخَمْرِ.



'Jangan mengucapkan salam kepada peminum khamar'."



Aku katakan, Jika ia terpaksa mengucapkan salam kepada kaum yang zhalim; yaitu ketika menemui mereka dan takut menimbulkan kemudharatan (kerugian) dalam agama-nya, dunianya atau selainnya jika tidak mengucapkan salam, maka ia boleh mengucap-kan salam kepada mereka. Imam Abu Bakr al-Arabi mengatakan, "Menurut para ulama, ia mengucapkan salam dan meniatkan bahwa as-Salam adalah salah satu Asma Allah. Artinya: Allah mengawasi kalian."





Pasal





Adapun anak-anak maka disunnahkan mengucapkan salam kepada mereka.

Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Anas radiyallahu 'anhu,





أَنَّهُ مَرَّ عَلَى صِبْيَانٍ، فَسَلَّمَ عَلَيهِمْ، وَقَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم يَفْعَلُهُ.





"Bahwa ia melewati sejumlah anak-anak, maka ia mengucapkan salam kepada mereka. Ia mengatakan, 'Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pernah melakukannya'."



Dalam riwayat lain milik Muslim darinya,





أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم مَرَّ عَلَى غِلْمَانٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ.





"Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam melewati sejumlah anak-anak, lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka."





Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dan selainnya dengan sanad Shahihain,



أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه و سلم مَرَّ عَلَى غِلْمَانٍ يَلْعَبُوْنَ، فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ.





"Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam melewati sejumlah anak-anak yang sedang bermain, lalu beliau mengucap-kan salam kepada mereka."



Kami meriwayatkan dalam kitab Ibn as-Sunni dan selainnya, ia (Anas) menyebutkan di dalamnya,





فََقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ يَا صِبْيَانُ.





"Beliau mengucapkan, 'As-Salamu 'alaikum, wahai anak-anak'."





Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta. Disadur oleh Yusuf Al-Lomboky

sumber
Baca SelengkapnyaBAB SIAPA YANG BOLEH DAN SIAPA YANG TIDAK BOLEH DIBERI SALAM DAN DIJAWAB SALAMNYA

Sesungguhnya Allah Membenci Menguap

Jika kita mengaku muslim dan mengaku bahwasanya kita mencintai Allah, maka salah satu konsekuensinya adalah mencintai segala sesuatu yang dicintai oleh Allah, serta membenci dan menjauhi segala sesuatu yang dibenci oleh Allah. Salah satu perkara yang dibenci oleh Allah adalah menguap. Seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda yang artinya :,

“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan benci terhadap menguap. Maka apabila ia bersin, hendaklah ia memuji Allah (dengan mengucapkan ‘Alhamdullillah’). Dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mendengarnya untuk mendoakannya. Adapun menguap, maka ia berasal dari setan. Hendaklah setiap muslim berusaha untuk menahannya sebisa mungkin, dan apabila mengeluarkan suara ‘ha’, maka saat itu setan menertawakannya.” (HR Bukhari)

Allah membenci menguap karena menguap adalah aktivitas yang pada akhirnya membawa pada kemalasan dalam beribadah. Menguap adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah, terlebih-lebih ketika pada waktu shalat. Para nabi tidak pernah menguap, dikarenakan menguap adalah salah satu aktivitas yang dibenci oleh Allah.

Tahanlah Semampumu

Jika seseorang ingin menguap, maka hendaklah dia menahannya sebisa mungkin, atau dengan menutup jalan terbukanya mulut dengan menggunakan tangannya. Hal ini sesuai dengan hadits yang telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, :

“Menguap adalah dari setan, maka jika salah seorang di antara kalian menguap, hendaklah ia menahannya sedapat mungkin.” (HR Muslim)



wallahualam

sumber
Baca SelengkapnyaSesungguhnya Allah Membenci Menguap

Minggu, 28 Agustus 2011

10 Gangguan Syaitan Dalam Solat

10 Gangguan Syaitan Dalam Solat



1)WAS-WAS SAAT MELAKUKAN TAKBITAUL IHRAM



Saat mulai membaca takbiratul ihram "Allahu Akbar", ia ragu apakah takbir yang dilakukannya itu sudah sah atau belum sah. Sehingga ia langsung mengulanginya lagi dengan membaca takbir. Peristiwa itu terus menerus terulang, terkadang sampai imamnya hampir ruku'.



Ibnul Qayyim berkata: "Termasuk tipu daya syaitan yang banyak mengganggu mereka adalah was-was dalam bersuci (berwudhu) dan niat atau saat takbiratul ihram dalam solat". Was-was itu membuat mereka tersiksa dan tidak tenteram.



2)TIDAK KONSENTRASI SAAT MEMBACA BACAAN SOLAT



Sahabat Rasulullah SAW iaitu 'Utsman bin Abil 'Ash datang kepada Rasulullah dan mengadu: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya syaitan telah hadir dalam solatku dan membuat bacaanku salah dan rancau". Rasulullah SAW menjawab, "Itulah syaitan yang disebut dengan Khinzib. Apabila kamu merasakan kehadirannya, maka meludahlah ke kiri tiga kali dan berlindunglah kepada Allah SWT. Akupun melakukan hal itu dan Allah SWT menghilangkan gangguan itu dariku"

- (HR. Muslim)



3)LUPA JUMLAH RAKAAT YANG TELAH DIKERJAKAN



Abu Hurairah r.a berkata, "Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: "Jika salah seorang dari kalian shalat, syaitan akan datang kepadanya untuk menggodanya sampai ia tidak tahu berapa rakaat yang ia telah kerjakan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami hal itu, hendaklah ia sujud dua kali (sujud sahwi) saat ia masih duduk dan sebelum salam, setelah itu baru mengucapkan salam"

- (HR Bukhari dan Muslim)



4)HADIRNYA PIKIRAN YANG MEMALINGKAN KONSENTRASI



Abu Hurairah r.a berkata: "Rasulullah SAW bersabda, "Apabila dikumandangkan azan solat, syaitan akan berlari seraya terkentut-kentut sampai ia tidak mendengar suara azan tersebut. Apabila muadzin telah selesai azan, ia kembali lagi. Dan jika iqamat dikumandangkan, ia berlari. Apabila telah selesai iqamat, dia kembali lagi. Ia akan selalu bersama orang yang solat seraya berkata kepadanya: "Ingatlah apa yang tadinya tidak kamu ingat!", sehingga orang tersebut tidak tahu berapa rakaat ia solat"

- (HR Bukhari)



5)TERGESA-GESA UNTUK MENYELESAIKAN SOLAT



Ibnul Qayyim berkata: "Sesungguhnya ketergesa-gesaan itu datangnya dari syaitan, kerana tergesa-gesa adalah sifat gelabah dan sembrono yang menghalang-halangi seseorang untuk berprilaku hati-hati, tenang dan santun serta meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tergesa-gesa muncul kerana dua perilaku buruk, iaitu sembrono dan buru-buru sebelum waktunya".



Tentu saja bila solat dalam keadaan tergesa-gesa, maka cara pelaksanaannya - asal mengerjakan solat, asal selesai, jadi!. Tidak ada ketenangan atau thu-ma'ninah.



Pada zaman Rasulullah SAW ada orang solat dengan tergesa-gesa. Akhirnya Rasulullah SAW memerintahkannya untuk mengulanginya lagi kerana solat yang telah ia kerjakan belum sah.



Rasulullah SAW bersabda kepadanya: "Apabila kamu solat, bertakbirlah (takbiratul ihram). Lalu bacalah dari Al-Qur'an yang mudah bagimu, lalu ruku'lah sampai kamu benar-benar ruku' (thuma'ninah), lalu bangkitlah dari ruku' sampai kamu tegak berdiri, kemudian sujudlah sampai kamu benar-benar sujud (thuma'ninah) dan lakukanlah hal itu dalam setiap rakaat solatmu"

- (HR Bukhari dan Muslim)



6) MELAKUKAN GERAKAN-GERAKAN YANG TIDAK PERLU



Dahulu ada seorang sahabat yang bermain kerikil ketika sedang tasyahud. Ia membolak-balikkannya. Melihat hal itu, maka Ibnu Umar segera menegurnya selepas solat. "Jangan bermain kerikil ketika solat kerana perbuatan tersebut berasal dari syaitan. Tapi kerjakan seperti apa yang dikerjakan Rasulullah SAW". Orang tersebut bertanya: "Apa yang dilakukannya?" Kemudian Ibnu Umar meletakkan tangan kanannya diatas paha kanannya dengan jari telunjuk menunjuk ke arah kiblat atau tempat sujud. "Demikianlah saya melihat apa yang dilakukan Rasulullah SAW", kata Ibnu Umar.

- (HR Tirmidzi)



7)MENENGOK KE KANAN ATAU KE KIRI KETIKA SOLAT



Dengan sedar atau tidak, seseorang yang sedang solat memandang ke kiri atau ke kanan, itulah akibat godaan syaitan penggoda. Kerana itu, setelah takbiratul ihram, pusatkan pandangan pada satu titik. Iaitu tempat sujud. Sehingga perhatian kita menjadi fokus dan tidak mudah dicuri oleh syaitan.



Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a, ia berkata: "Saya bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hukum menengok ketika solat". Rasulullah SAW menjawab, "Itu adalah curian syaitan atas solat seorang hamba".

- (HR Bukhari)



8)MENGUAP DAN MENGANTUK



Rasulullah SAW bersabda: "Menguap ketika solat itu dari syaitan. Kerana itu bila kalian ingin menguap, maka tahanlah sebisa mungkin"

- (HR Thabrani).



Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda, "Adapun menguap itu datangnya dari syaitan, maka hendaklah seseorang mencegahnya (menahannya) selagi bisa. Apabila ia berkata ha... bererti syaitan tertawa dalam mulutnya"

- (HR Bukhari dan Muslim)



9) BERSIN BERULANG KALI SAAT SOLAT



Syaitan ingin mengganggu kekusyukkan solat dengan bersin, sebagaimana yang dikatakan Abdullah bin Mas'ud: "Menguap dan bersin dalam solat itu dari syaitan"

- (Riwayat Thabrani).



Ibnu Hajar menghuraikan pernyataan Ibnu Mas'ud, "Bersin yang tidak disenangi Allah SWT adalah yang terjadi dalam solat, sedangkan bersin di luar solat itu tetap disenangi Allah SWT. Hal itu tidak lain kerana syetan memang ingin mengganggu solat seseorang dengan berbagai cara".



10) TERASA INGIN BUANG ANGIN ATAU BUANG AIR



Rasulullah SAW bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian bimbang atas apa yang dirasakan di perutnya apakah telah keluar sesuatu darinya atau tidak, maka janganlah sekali-kali ia keluar dari masjid sampai ia yakin telah mendengar suara (keluarnya angin) atau mencium baunya"

- (HR Muslim)



Berbahagialah orang-orang muslim yang selama ini terbebas dari berbagai macam gangguan syaitan dalam solat. Semoga kita semua dibebaskan oleh Allah SWT dari gangguan-gangguan tersebut. Dan bagi yang merasakan gangguan tersebut, sebahagian atau keseluruhannya, janganlah putus asa untuk berjihad melawan syaitan terkutuk.

sumber
Baca Selengkapnya10 Gangguan Syaitan Dalam Solat

Syaitan : Kenali Musuh Utama Anda

Editor : arisHa27

Syaitan merupakan makhluk Allah yang diciptakan daripada api. Syaitan ialah musuh utama bagi seorang mukmin seperti yang kerap kali diulang oleh Allah SWT di dalam Al-Quran. Antaranya, dalam Surah Faatir ayat ke enam ;





إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ



Maksudnya :

Sesungguhnya syaitan ialah musuh kepada kamu, maka jadikanlah dia musuh. Sebenarnya dia hanyalah mengajak golongannya supaya menjadi penduduk neraka.



Kita haruslah sedaya upaya berusaha menjauhi amalan-amalan yang diwarisi daripada syaitan atau perbuatan yang boleh menyebabkan kita menjadi pengikutnya. Walaupun kita berdepan dengan musuh yang tidak dapat dilihat, hadis-hadis Rasulullah SAW banyak mendedahkan hakikat sebenar syaitan dan cara-cara untuk menghindari tipu muslihatnya.



Di sini dinyatakan hadis-hadis mengenai perkara ini untuk panduan kita bersama. Iaitu ;



1. Syaitan makan dan minum dengan tangan kiri : Sabda Rasulullah SAW ;



" Apabila seseorang daripada kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya dan apabila minum, maka minumlah dengan tangan kanannya. Ini kerana sesungguhnya, syaitan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya. "

( Riwayat Imam Muslim)



Berusahalah sedaya-upaya makan dengan tangan kanan walaupun anda seorang yang kidal. Sekiranya anda makan dengan menggunakan sudu dan garpu, suaplah ke mulut dengan tangan kanan agar tidak menyerupai syaitan yang makan dengan tangan kiri.



2. Syaitan minum dan makan dalam keadaan berdiri : Rasulullah SAW melihat seseorang yang minum sambil berdiri. Baginda menegur, " Jangan begitu! " Orang itu bertanya, " Mengapa? " Rasulullah menjawab, " Adakah kamu suka minum bersama kucing? " Orang itu menjawab, " Tidak. " Rasulullah SAW meneruskan:



" Sesungguhnya telah ikut serta minum bersama kamu sesuatu yang lebih buruk daripadanya, iaitu syaitan. "

( Riwayat al-Darimiy dengan sanad yang sahih)



Oleh itu, elakkan minum sambil berdiri kecuali dalam keadaan yang tidak mengizinkan seperti keadaan yang sesak dengan orang ramai atau kawasan yang kotor.



3. Syaitan ketawa apabila menguap sehingga mengeluarkan bunyi : Sekiranya anda menguap, ingatlah itu adalah daripada syaitan. Sabda Nabi Muhammad SAW ;



" Menguap adalah daripada syaitan. Maka apabila seseorang daripada kalian menguap, tahanlah sedaya mungkin kerana sesungguhnya apabila seseorang kalian menguap sambil berbunyi 'Haaa', maka ketawalah syaitan. "

( Riwayat Imam Al-Bukhari)



Jika tidak dapat menahan diri daripada menguap, maka tutuplah mulut dengan tangan dan berusaha tidak mengeluarkan sebarang bunyi. Ini berdasarkan hadis ;



" Jika seseorang kalian menguap, maka tutuplah mulut dengan tangannya kerana sesungguhnya syaitan masuk (ke dalam mulut yang terbuka). "

( Riwayat Imam Muslim)



4. Syaitan kencing di telinga : Apabila seseorang itu tidur sehingga pagi hari maka syaitan kencing di kedua belah telinganya seperti di dalam hadis riwayat Imam Al-Bukhari yang bermaksud ;



" Itu ialah orang yang syaitan telah kencing di dalam kedua-dua telinganya atau salah satu telinganya. "



Rasulullah SAW berkata demikian apabila diceritakan kepada baginda tentang seseorang yang tidur sehingga pagi.



5. Syaitan dapat makan, minum dan tempat bermalam : Imam Muslim meriwayatkan hadis yang bermaksud ; Apabila seseorang itu memasuki rumahnya dan mengingati Allah dengan membaca 'Bismillah' ketika memasukinya dan ketika ingin makan, berkatalah syaitan kepada golongannya ;





" Kalian tidak memiliki tempat untuk bermalam dan tidak juga memiliki makanan malam. "



Sebaliknya apabila seseorang itu memasuki rumah dan tidak mengingati Allah ketika memasukinya, berkatalah syaitan kepada golongannya ;



" Kalian telah mendapat tempat bermalam. "



Apabila seseorang tidak mengingati Allah ketika makan, maka berkatalah syaitan kepada golongannya ;





" Kalian telah mendapat tempat bermalam dan makan malam. "





Menyebut nama Allah ( Bismillah) ini dituntut juga ketika keluar dari rumah, menutup bekas-bekas makanan dan minuman, ketika menutup pintu dan tingkap agar terselamat daripada gangguan syaitan.

6. Syaitan makan sisa-sisa makanan : Apabila Rasulullah SAW makan, baginda menjilat jari-jarinya sebanyak tiga kali. Anas berkata, bahawa Rasulullah bersabda ;



" Jika sesuatu makanan seseorang kalian jatuh, hendaklah dia mengambilnya dan membersihkan sebarang kotoran yang melekat padanya lalu memakannya. Janganlah meninggalkannya untuk syaitan. "



Anas melanjutkan ;





" Rasulullah juga menyuruh kami untuk menghabiskan sebarang sisa makanan. "



Baginda berpesan ;



" Ini kerana kalian tidak tahu di bahagian manakah pada makanan kalian terdapat keberkatan. "

( Riwayat Imam Muslim)



Tidak usahlah anda menjadi pemurah kepada syaitan dengan membiarkan sisa-sisa makanan. Entah berapa ramai yang tamak ketika makan sehingga menyebabkan makanan berlebihan dibiarkan untuk santapan musuhnya sendiri.



7. Orang yang membazir ialah saudara syaitan:



" Siapakah yang telah mempersaudarakan seorang yang membazir dengan syaitan?. "



Allah sendiri yang mempersaudarakan antara keduanya. Firman Allah SWT ;





إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا





Maksudnya :

Sesungguhnya orang-orang yang membazir itu ialah saudara-saudara syaitan.
(Surah Al-Isra' ayat 27)



8. Syaitan mengganggu ibadat manusia : Sahabat bernama ‘Uthman bin Abi al-‘Ash mengadu kepada Rasulullah SAW ;





" Wahai Rasulullah! Sesungguhnya syaitan menghalang antaraku dan solat serta bacaan Al-Quran ku, dan ia selalu mengelirukan aku. "



Maka Rasulullah menjawab ;



" Itulah syaitan yang disebut sebagai 'Khanzab', maka apabila merasai gangguannya, mohonlah perlindungan Allah dan ludahlah ke kiri sebanyak tiga kali. ‘Uthman bin al-‘Ash kemudian berkata; " Aku melakukan itu dan Allah menjauhkan gangguan syaitan itu dariku. "

(Imam Muslim)



9. Sikap terburu-buru adalah daripada syaitan : Kadang-kadang kita bersikap terburu-buru di dalam melakukan sesuatu perkara yang menyebabkan kita menghadapi kerugian, kualiti kerja yang merosot dan sebagainya. Sikap gopoh dan terburu-buru ini adalah antara hasutan syaitan. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud ;



" Ketenangan adalah daripada Allah manakala tergesa-gesa adalah daripada syaitan. "

( Imam Al-Baihaqiy)



10. Sikap cemburu adalah daripada syaitan : Cemburu di sini ialah cemburu membabi-buta tanpa bukti dan usul periksa. Seperti hadis Aishah R.A. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang bermaksud ;



" Apa yang terjadi kepada kamu, wahai Aishah? Adakah kamu cemburu? "



" Takkanlah aku tidak cemburu kepada orang seperti anda? "



Kemudian Rasulullah SAW melanjutkan ;



"Apakah telah datang kepadamu syaitan kamu?"



" Wahai Rasulullah! Apakah bersama aku ada syaitan? "


" Ya. "


" Dan apakah syaitan itu ada di setiap manusia? "


" Ya. "


" Apakah syaitan juga bersama kamu wahai Rasulullah? "



" Ya, akan tetapi Tuhanku telah menolongku daripadanya. "



11. Perasaan marah adalah daripada syaitan : Apabila seseorang itu di dalam keadaan marah, syaitan menguasai dirinya sehingga sanggup melakukan perkara di luar batas kemanusiaan. Perkara ini boleh diatasi dengan membaca 'istiqhfar' . Sulaiman Bin Surd berkata ; Ketika aku sedang duduk bersama Nabi SAW, terdapat dua orang sedang bertengkar sehingga salah seorang daripada mereka menjadi merah wajahnya dan urat-urat lehernya timbul. Maka Nabi SAW bersabda ;





" Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimah yang jika diucapkan nescaya kemarahannya akan hilang. Iaitu sebutlah 'A'uzubillahi minash syaitan' nescaya kemarahannya akan hilang. "

( Imam al-Bukhari)



12. Syaitan gemar berkeliaran pada waktu senja :

Kita sering dilarang oleh ibu bapa kita supaya tidak berada di luar rumah pada waktu senja. Pesanan ini berasal daripada Rasulullah SAW yang bermaksud ;



" Apabila malam menjelang tiba, maka tahanlah anak-anak kalian (daripada keluar) kerana sesungguhnya pada waktu itu syaitan-syaitan berkeliaran. Apabila telah berlalu waktu Isya', maka lepaskanlah mereka. "

(Imam Al-Bukhari)

13. Pasar adalah tempat kegemaran syaitan : Tempat-tempat seperti ini merupakan tempat syaitan melepak. Rasulullah SAW bersabda ;

" Selagi mampu, janganlah menjadi orang yang pertama memasuki pasar dan janganlah menjadi orang terakhir yang keluar dari pasar kerana sesungguhnya pasar ialah medan tempur syaitan dan di situlah benderanya dipacakkan. "

( Imam Muslim)



Pada masa kini pusat membeli belah, pasaraya dan bursa saham juga termasuk di dalam hadis di atas.



14. Syaitan boleh membesar seperti rumah :

Imam Ahmad Bin Hanbal dalam musnadnya meriwayatkan dari seseorang yang dibonceng oleh Nabi SAW. Dia berkata , " Tunggangan Nabi SAW tergelincir, maka aku katakan celaka syaitan. " Nabi SAW bersabda :



" Janganlah kalian menyebut 'Celakalah syaitan!' kerana apabila engkau mengatakannya, syaitan akan membesar sehingga sebesar rumah dan berkata, 'Demi kekuatanku!' . Sebaliknya sebutlah 'Bismillah!' kerana apabila engkau mengatakannya syaitan akan mengecil sehingga sekecil lalat. "



Demikian sebahagian himpunan hadis-hadis yang berkaitan dengan syaitan. Semoga perkongsian ini dapat membantu kita untuk lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan seharian agar selamat dan terpelihara daripada musuh nombor satu. Mudah-mudahan kita semua sentiasa mendapat perlindungan daripada Allah SWT daripada muslihat, godaan dan tipu daya syaitan.

sumber
Baca SelengkapnyaSyaitan : Kenali Musuh Utama Anda