Pengen kenal sama 'Ree' ?
Klik di sini

Jumat, 11 Januari 2013

Lamaranmu Kutolak ! ||CeritaJenaka

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .
 


Mereka, lelaki dan perempuan yang begitu berkomitmen dengan agamanya.

Melalui ta'aruf yang singkat dan hikmat, mereka memutuskan untuk melanjutkannya menuju khitbah.

Sang lelaki, sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain: ayah sang perempuan.

Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran semasa aktivitasnya di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda.

Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka menggenapkan agamanya.
Maka, di suatu pagi, di sebuah rumah, di sebuah ruang tamu, seorang lelaki muda menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk 'merebut' sang perempuan muda, dari sisinya.
"Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?" tanya sang setengah baya.

"Iya, Pak," jawab sang muda.

"Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? " tanya sang setengah baya sambil menunjuk si perempuan.

"Ya Pak, sangat mengenalnya, " jawab sang muda, mencoba meyakinkan.

"Lamaranmu kutolak. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu!" balas sang setengah baya.

Si pemuda tergagap, "Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu."

"Lamaranmu kutolak. Itu serasa 'membeli kucing dalam karung' kan, aku takmau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya.

Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?" balas sang setengah baya, keras.
Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki muda. Bisiknya, "Ayah, dia dulu aktivis lho."

"Kamu dulu aktivis ya?" tanya sang setengah baya.

"Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di Kampus," jawab sang muda, percaya diri.

"Lamaranmu kutolak. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan?"

"Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat."

"Lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau ngatur keluargamu?"
Sang perempuan membisik lagi, membantu, "Ayah, dia pinter lho."

"Kamu lulusan mana?"

"Saya lulusan Teknik Elektro UGM Pak. UGM itu salah satu kampus terbaik di Indonesia lho Pak."

"Lamaranmu kutolak. Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan STM ini tho? Menganggap saya bodoh kan?"

"Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya saja tujuh tahun, IPnya juga cuma dua koma Pak."

"Lha lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bego gitu gimana bisa mendidik anak-anakmu kelak?"
Bisikan itu datang lagi, "Ayah dia sudah bekerja lho."

"Jadi kamu sudah bekerja?"

"Iya Pak. Saya bekerja sebagai marketing. Keliling Jawa dan Sumatera jualan produk saya Pak."

"Lamaranmu kutolak. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu."

"Anu kok Pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong produknya saja nggak terlalu laku."

"Lamaranmu tetap kutolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu, kalau kerja saja nggak becus begitu?"
Bisikan kembali, "Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya."

"Rencananya maharmu apa?"

"Seperangkat alat shalat Pak."

"Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf."

"Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang limapuluh juta Pak."

"Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre, dan menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku."
Bisikan, "Dia jago IT lho Pak"

"Kamu bisa apa itu, internet?"

"Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak saya nge-net."

"Lamaranmu kutolak. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata."

"Tapi saya ngenet cuma ngecek imel saja kok Pak."

"Lamaranmu kutolak. Jadi kamu nggak ngerti Facebook, Blog, Twitter, Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu."
Bisikan, "Tapi Ayah..."

"Kamu kesini tadi naik apa?"

"Mobil Pak."

"Lamaranmu kutolak. Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya Riya'. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik."

"Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Saya nggak bisa nyetir"

"Lamaranmu kutolak. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir?"
Bisikan, "Ayahh.."

"Kamu merasa ganteng ya?"

"Nggak Pak. Biasa saja kok"

"Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini."

"Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok Pak."

"Lamaranmu kutolak. Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh!"
Sang perempuan kini berkaca-kaca, "Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?"

Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang muda yang sudah menyerah pasrah.

"Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al Qur'an dan Hadits?" Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga.

Pun pada pokok soal ini ia menyerah, jawabnya, "Pak, dari tiga puluh juz saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja.

Hadits-pun cuma dari Arba'in yang terpendek pula."

Sang setengah baya tersenyum, "Lamaranmu KUTERIMA anak muda. Itu cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih tertatih."

Mata sang ANAK muda ikut berkaca-kaca.

Ini harus happy ending, bukan..??!

kunjungi juga http://www.facebook.com/FanpageDakwahIslam
Baca SelengkapnyaLamaranmu Kutolak ! ||CeritaJenaka

Jumat, 04 Januari 2013

5 Hal yang patut dipelajari dari Semut

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .


1. Semut tidak pernah putus asa.

Coba bentangkan tangan untuk menutup jalan yang di lalui semut. Semut tak akan putus asa, apalagi berhenti. Tapi terus mencari rute lain. Sudahkah kita memaksimalkan kerja dan tak pernah putus asa dalam menjalani hidup ini?

2. Semut Rajinnya Luar Biasa
Pernah kah melihat semut tiduran dan santai santai?. Semut selalu aktif bekerja mengangkut makanan. Bekerja merupakan bagian penting dari hidup semut. Semut tidak pernah merasa bosan dengan apa yang dia lakukan setiap hari. Sebab semut mempunyai tujuan dan arah hidup. Apakah anda sudah mempunyai arah dan tujuan di dalam hidupmu sekarang?

3. Semut itu kuat
semut sanggup mengangkat beban yang jauh lebih besar dari tubuhnya. Semut tak mengeluh, apalagi menyerah. Mampukah kita menghadapi masalah hidup dan tetap optimis seperti semut?

4. Semut berjiwa sosial
Apa yang dilakukan semut ketika makanan yang hendak diangkut terlalu berat? Semut tidak mempunyai sifat egois, mereka akan tolong menolong dan mengangkatnya bersama sama. Apakah anda egois? atau berjiwa sosial seperti semut?

5. Semut cepat Melihat Peluang
Semut cepat hadir ketika dia mengetahui ada peluang untuk mendapatkan makanan. Semut tak akan menyiakannya, sebab semut tahu peluang hanya datang sekali saja.
Apakah anda termasuk orang yang bisa menggunakan peluang dengan baik?

Semoga kita bisa mencontoh sifat semut dan mengembangkannya menjadi kebiasaan yang positif untuk hidup yang lebih baik...

Baca Selengkapnya5 Hal yang patut dipelajari dari Semut

Rabu, 02 Januari 2013

12 Ciri-Ciri Sahabat Sejati Menurut Imam Al-Ghozali

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .
 
1. Jika kau berbuat baik kepadanya maka ia akan melindungimu.

2. Jika kau merapatkan ikatan persahabatan dengannya maka ia akan membalas baik persahabatan itu.

3. Jika kau memerlukan pertolongan, maka ia akan membantu sesuai kemampuannya.

4. Jika kau menawarkan berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambut dengan baik.

5. Jika ia memperoleh suatu kebaikan darimu, maka ia akan menghargai kebaikan itu.

6. Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik(cela) dari dirimu, maka ia akan berupaya menutupinya.

7. Jika kau meminta bantuan darinya maka ia akan mengusahakan dengan sungguh-sungguh.

8. Jika kau brdiam diri(karena malu tuk meminta) maka ia akan menanyakan kesulitan yang kau hadapi.

9. Jika bencana datang menimpa dirimu maka ia akan berbuat sesuatu untuk meringankan kesusahanmu itu.

10. Jika kau berkata benar niscaya ia akan membenarkanmu.

11. Jika kau merencanakan sesuatu kebaikan maka dengan senang hati ia akan membantu rencana itu.

12. Jika kamu berdua sedang berbeda masalah/slisih faham, maka ia lebih senang mengalah untuk menjaga keutuhan persahabatan.

Baca Selengkapnya12 Ciri-Ciri Sahabat Sejati Menurut Imam Al-Ghozali

Selasa, 01 Januari 2013

Apresiasi ||CeritaRenungan


بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .

Seorang akademisi muda yang cerdas melamar untuk posisi manajerial disebuah perusahaan besar. Dia lulus pada interview tahap pertama, dan tahap selanjutnya adalah interview dengan jajaran direksi. Sang direktur menemukan prestasi-prestasi cemerlang anak muda tersebut pada masa sekolah hingga kuliahnya. Melihat prestasi-prestasi tersebut, sang direktur pun bertanya: “Apakah Anda menerima beasiswa untuk biaya sekolah dan kuliah?”.


Anak muda itu menjawab : “Tidak pak….!”

Direktur bertanya lagi : “Apakah ayah Anda yang membayar biaya sekolah Anda?”.

Anak muda itu menjawab : “Ayah saya telah meninggal dunia ketika saya baru berumur satu tahun. Seluruh biaya sekolah saya dibayarkan oleh Ibu saya..”

Lalu Direktur bertanya lagi : “Di mana ibumu bekerja?”

Dan anak muda itu menjawab : “Ibu saya bekerja sebagai seorang pencuci pakaian…”

Direktur itu meminta anak muda tersebut untuk menunjukkan tangannya. Dan anak muda itu memperlihatkan kedua tangannya yang sempurna dengan telapak tangan yang sangat halus.


Melihat itu Direktur bertanya lagi : “Pernahkah Anda membantu ibu Anda mencuci pakaian sebelumnya?”

Anak muda itu menjawab : “Tidak pernah pak. Ibu saya selalu menginginkan saya belajar dan membaca banyak buku. Lagi pula, Ibu mencuci baju jauh lebih cepat ketimbang saya”.

Direktur tersebut kemudian berkata : “Saya punya satu permintaan. Sekarang anda pulang dan ketika nanti anda sampai di rumah, cuci dan bersihkan tangan ibumu, kemudian temui saya besok pagi”.

Anak muda tersebut merasa kesempatannya mendapat pekerjaan tersebut sangat besar. Karena itu ketika dia sampai di rumah, dengan begitu gembira ia meminta izin kepada ibunya agar ia boleh mencuci tangan beliau. Ibunya merasa sedikit asing, aneh, juga bahagia dan perasaan-perasaan lainnya bercampur jadi satu. Sang Ibu kemudian memberikan kedua tangannya kepada sang anak. Lalu anak muda tersebut membersihkan tangan Sang Ibu dengan perlahan.

Airmatanya mulai menetes saat itu. Ini pertama kalinya ia menyadari bahwa tangan ibunya sudah penuh dengan kerutan, dan terdapat banyak memar dan kapalan di sana sini . Beberapa memar sepertinya terasa begitu sakit, sampai-sampai Sang Ibu menggigil ketika memar tersebut dibersihkan.

Ini pertama kalinya anak muda tersebut menyadari bahwa kedua tangan yang sedang dibersihkan inilah yang digunakan Sang Ibu setiap hari untuk mencuci pakaian banyak orang, sehingga Sang Ibu dapat membiayai biaya sekolah anaknya.

Memar-memar dan kapalan yang ada di tangan Sang Ibu adalah harga yang harus dibayar atas kelulusan anak tersebut, atas prestasinya yang luar biasa, dan untuk masa depannya.

Setelah selesai mencuci tangan Sang Ibu, anak muda tersebut diam-diam mencuci sisa baju yang belum sempat dicuci oleh ibunya. Dan malam itu, anak dan ibu tersebut berbincang sangat lama sekali. Besok paginya, anak muda tersebut bergegas menemui sang direktur. Direktur tersebut menangkap airmata di wajah anak muda tersebut. Ia pun kemudian bertanya : “Bisa Anda ceritakan apa yang telah Anda lakukan kemarin dan apa pelajaran yang Anda dapat dari sana ?”

Anak muda tersebut menjawab : “Saya mencuci tangan Ibu saya, dan kemudian saya menyelesaikan sisa cucian Ibu yang belum tercuci “.

“Tolong ceritakan perasaan Anda ketika itu” ujar Direktur lagi.

Lalu anak muda itu menjawab : ” Pertama, saya sekarang tahu apa arti apresiasi. Tanpa ibu saya, tidak akan pernah ada seorang saya hari ini. Kedua, saya baru menyadari betapa sulit dan beratnya Ibu menjalani pekerjaannya. Dan dengan bekerja membantu Ibu, ternyata pekerjaan itu dapat meringankan beban Ibu. Ketiga, saya datang hari ini untuk mengapresiasi betapa penting dan bernilainya hubungan keluarga”.

Mendengar itu lalu Direktur tersebut berkata : “Inilah yang saya cari dari seorang calon pemimpin. Saya ingin merekrut seseorang yang dapat mengapresiasi dan menghargai bantuan orang lain, seseorang yang tahu persis perjuangan orang lain untuk mengerjakan sesuatu, dan seseorang yang tidak akan menempatkan uang sebagai tujuan hidup satu-satunya. Oleh karena itu mulai hari ini anda diterima bekerja disini…!”.
Baca SelengkapnyaApresiasi ||CeritaRenungan